Bisnis.com, JAKARTA — Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai tutupnya Traveloka Mart dikarenakan ekosistem yang tidak memadai.
Sebagai informasi, Traveloka, startup online travel agent (OTA) dan gaya hidup yang baru-baru ini meraih investasi dari PTT Oil and Retail Business Pcl (OR) milik pemerintah Thailand, mengumumkan akan menutup layanan Traveloka Mart.
Huta mengatakan tutupnya beberapa layanan e-grocery berhubungan dengan kekuatan ekosistem startup e-grocery tersebut. Ini pun bukan pertama kali, layanan e-grocery tidak dapat bertahan. Sebelumnya Brambang, startup yang khusus e -grocery tersebut menutup layanan dan pivot menjadi marketplace untuk ponsel.
Dia mengatakan ada beberapa pemain besar yang sudah mempunyai ekosistem tersendiri mulai masuk ke layanan e-grocery seperti Tokopedia.
"Dan ini memberikan persaingan ke egroceries yang sudah terlebih dahulu ada," ujar Nailul kepada Bisns, Selasa (23/8/2022)
Nailul juga menilai untuk tutupnya Traveloka Mart dikarenakan kurangnya di ekosistem milik Traveloka. Dia menyebut, Traveloka sebenarnya telah memiliki ekosistem, tapi bukan pada layanan e-grocery ataupun pesan antar makanan.
"Beda dengan Tokopedia yang ada ekosistem antar barangnya dari Gojek. Padahal kalo lihat data, perkembangan e-grocery tertinggi nomor dua setelah pesan antar makanan di kala pandemi," jelasnya
Sebelumnya, Narasumber Traveloka mengatakan pihaknya telah memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi dan prioritas perusahaan. Adapun, Traveloka Mart baru saja diluncurkan 6 bulan lalu.
Traveloka menegaskan selama proses pemberhentian layanan ini, para karyawan, mitra, dan pengguna tetap menjadi fokus utama kami untuk memastikan transisi yang baik sesuai aturan yang berlaku.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan para mitra dan menyediakan dukungan dalam proses pemberhentian layanan Traveloka Mart ini," ujar Narasumber tersebut kepada Bisnis, Selasa (23/8/2022)