Bisnis.com, JAKARTA - Di bulan Dzulhijjah 1443 H ini, ada lima peristiwa langit yang bisa menjadi perhatian bersama.
Dikutip dari NU Online, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Ma’rufin Sudibyo memaparkan lima fenomena alam itu berikut perinciannya:
1. Bulan setengah lingkaran di atas kepala (7 Dzulhijjah 1443 H)
Ma’rufin menjelaskan bahwa peristiwa tersebut disebut sebagai bulan kuartir pertama, yaitu bulan dalam fase 50 persen sebagai konsekuensi dari kedudukan perbani pertama bulan. Perbani pertama bulan terjadi saat kedudukan bulan tepat membentuk sudut siku-siku terhadap garis bersama yang ditempati matahari dan bumi pascaijtimak.
“Sehingga bulan akan terlihat berada di atas kepala kita pada saat maghrib dan berbentuk separuh lingkaran,” katanya. B
Berdasarkan perhitungan, lanjutnya, bulan perbani pertama akan terjadi pada Kamis dinihari 7 Dzulhijjah 1443 H yang bertepatan dengan 7 Juli 2022 pukul 03:23 WIB. Namun sayangnya, bulan perbani pertama ini tidak dapat disaksikan dari seluruh Indonesia. Peristiwa ini hanya bisa dinikmati oleh Sebagian penduduk Afrika dan Amerika.
2. Bulan purnama perigean/supermoon (14 Dzulhijjah 1443 H)
Ma’rufin menjelaskan, bahwa bulan purnama adalah bulan dalam fase mendekati atau tepat sama dengan 100 persen sebagai konsekuensi dari Oposisi bulan. Oposisi bulan terjadi manakala kedudukan bulan berlawanan arah terhadap kedudukan matahari dilihat dari bumi. “Sehingga bulan akan terlihat sepanjang malam,” terangnya. Sementara itu, bulan perigean ini peristiwa saat bulan berkedudukan terdekat ke bumi dalam orbitnya, yakni 357.000 km.
Berdasarkan perhitungan, jelasnya, bulan purnama perigean ini akan terjadi pada Kamis dinihari 14 Dzulhijjah 1443 H yang bertepatan dengan 14 Juni 2022 pukul 01:38 WIB. “Bulan purnama perigean ini dapat disaksikan dari seluruh Indonesia,” katanya. Baca Juga: Ini Lafal Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah
3. Matahari di atas kiblat (15 - 16 Dzulhijjah 1443 H)
Matahari dalam siklus gerak semu tahunannya sebagai akibat revolusi bumi dan kemiringan sumbu rotasi bumi berkedudukan di atas Ka’bah pada tanggal 15-16 Juli atau bertepatan dengan 15-16 Dzulhijjah 1443 H. Pada saat itu, deklinasi matahari sangat berdekatan dengan nilai garis lintang Kota Makkah, yakni garis lintang 21º 25' LU. Akibatnya pada saat kulminasi atas terjadi, maka matahari akan menempati titik zenith Makkah.
“Bayang-bayang dari benda yang terpasang tegak lurus permukaan air pada saat itu akan tepat sama dengan arah kiblat setempat. Sehingga menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat,” kata pria yang aktif di Ikatan Cendekiawan Falak Indonesia (ICFI) itu.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat - Sabtu, 15 - 16 Dzulhijjah 1443 H yang bertepatan dengan 15 - 16 Juli 2022. Persisnya adalah pada pukul 12:27 waktu Saudi Arabia, yang bertepatan dengan 16:27 WIB (17:27 WITA).
Di Indonesia, Rasydul Qiblat ini dapat diamati di sebagian besar kepulauan Indonesia, kecuali di Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Sebab, di tempat-tempat tersebut, matahari telah terbenam sebelum rasydul qiblat terjadi. Pada provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka kemungkinan sudah tak terlihat karena tersembunyi di balik awan-awan horizon barat.
4. Bulan separuh lingkaran di atas kepala (20 Dzulhijjah 1443 H)
Peristiwa di atas ini disebut sebagai bulan kuartir ketiga, yakni bulan dalam fase 50 persen sebagai konsekuensi dari kedudukan perbani ketiga bulan. Perbani ketiga bulan terjadi saat kedudukan bulan tepat membentuk sudut siku-siku terhadap garis bersama yang ditempati matahari dan bumi menjelang ijtimak berikutnya.
“Sehingga bulan akan terlihat berada di atas kepala kita pada saat syuruq (terbit) dan berbentuk separuh lingkaran,” kata Ma’rufin. Berdasarkan perhitungan, bulan perbani ketiga akan terjadi pada Rabu siang 20 Dzulhijjah 1443 H yang bertepatan dengan 20 Juli 2022 pukul 15:26 WIB. Bulan perbani ketiga ini sayangnya tidak dapat disaksikan dari seluruh Indonesia. Peristiwa ini hanya bisa disaksikan di wilayah Samudera Pasifik.
5. Hilal awal Muharram 1444 H (29 Dzulhijjah 1443 H)
Hilal di akhir Dzulhijjah 1443 H menjadi bagi awal bulan kalender Muharram (bulan ke-1) sekaligus penentu tahun baru kalender 1444 Hijriyyah. Di Indonesia, bulan diperhitungkan memiliki tinggi mar'i + 5,3 derajat hingga +7,5 derajat dan elongasi hakiki +8,4 derajat hingga +9,7 derajat pada saat matahari terbenam.
“Maka masih ada di atas ufuk barat pada saat matahari terbenam, sehingga terdapat kewajiban rukyah hilal secara fardlu kifayah,” jelas Ketua tim ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah itu. Ia menyebut bahwa LF PBNU dan lembaga pemerintahan non kementerian seperti Pusat Tanda Waktu BMKG akan merukyahnya pada Jumat, 29 Dzulhijah 1443 H atau bertepatan dengan 29 Juni 2022 M. “Rukyah hilal ini merupakan program rutin yang menjadi bagiandari verifikasi kalender terhadap fenomena langit acuan,” pungkasnya.