Kata Pengamat Soal Pasar Smartphone yang Lesu

Rahmi Yati
Minggu, 19 Juni 2022 | 23:00 WIB
Pengunjung mencoba produk terbaru Oppo Reno di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung mencoba produk terbaru Oppo Reno di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Laporan International Data Corporation’s (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker menunjukkan bahwa pada awal 2022, pasar ponsel pintar alias smartphone di Indonesia terlihat lesu dengan penurunan sebesar 17,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut pengamat, ada sejumlah pemicu terjadinya kondisi ini.

Pengamat gawai dari komunitas Gadtorade Lucky Sebastian menilai hal tersebut terjadi lantaran turut dipengaruhi berbagai masalah dunia yang berimbas, seperti perang Rusia- Ukraina. Di dalam negeri sendiri, dipengaruhi oleh tingginya harga beli sejumlah komoditas.

"Selain itu keluarga-keluarga perlu pengeluaran ekstra untuk mempersiapkan Lebaran [membeli daging, minyak goreng, dan lainnya]," kata Lucky, Minggu (19/6/2022).

Menurutnya, biasanya awal tahun memang terjadi penurunan pangsa pasar lantaran setelah libur akhir tahun, vendor-vendor butuh waktu untuk mempersiapkan smartphone baru.

Apalagi, sambung Lucky, pada tahun ini terjadi penurunan daya beli masyarakat dan masalah chipset yang masih belum teratasi sehingga berimbas kepada jumlah penurunan penjualan.

Momen Lebaran kali ini pun, lanjut dia, juga tidak memberikan kontribusi besar pada penjualan perangkat karena masyarakat memilih memanfaatkan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk memenuhi biaya mudik dan liburan.

"Akan tetapi tetap penurunan penjualan smartphone di awal tahun ini tetap terbantu dengan momen Lebaran, kalau tidak penurunannya akan lebih jauh," tutupnya.

Sebelumnya, berdasarkan laporan IDC, penurunan pangsa smartphone ini disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat akibat adanya peningkatan harga barang seperti bensin dan komoditas, serta kurangnya pasokan smartphone pada segmen entry-level di pasar.

Smartphone pada rentang harga US$200 ke bawah mengalami pasokan yang ketat menyusul kendala pasokan chipset 4G low-end, berimbas pada penurunan di segmen ini yakni sebesar 22 persen secara tahunan.

IDC menyebut adanya penurunan pengiriman smartphone pada kuartal I/2022, jika dibandingkan dengan kuartal I/2021 kendati ramadan turut memberikan dorongan yang cukup baik sepanjang April 2022. Selain itu, adanya THR pada bulan yang sama turut memberikan dana tambahan untuk konsumen.

Meski begitu, dana tambahan ini bisa jadi tergerus, seiring dengan naiknya pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10 persen jadi 11 persen. Kenaikan ini terhitung sejak 1 April 2022, yang turut berimbas pada kenaikan harga barang.

IDC juga memperkirakan dengan adanya kenaikan harga akan memberikan tekanan lebih pada daya beli masyarakat. Di sisi lain, ada kemungkinan vendor tidak dapat menyerap kenaikan harga jika melewati batas tertentu.

Hal ini berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata. Alhasil, jumlah pengiriman smartphone pada 2022 diperkirakan akan sama dibandingkan dengan tahun lalu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper