Traveloka: Cuma 10 Persen Pengguna yang Punya Kartu Kredit

Akbar Evandio
Jumat, 10 Juni 2022 | 11:41 WIB
Model menunjukan aplikasi Traveloka di Jakarta. Bisnis/Dedi Gunawan
Model menunjukan aplikasi Traveloka di Jakarta. Bisnis/Dedi Gunawan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Traveloka mencatatkan hanya sekitar 10 persen dari pengguna aplikasi perusahaan di Indonesia, Thailand, dan Vietnam yang memiliki kartu kredit pribadi.

Presiden Traveloka Caesar Indra menilai banyak eksekutif perusahaan di Indonesia berulang kali gagal mendapatkan kartu kredit dari bank. Hal ini bukan karena mereka tidak layak mendapatkannya, tetapi lantaran ada pada ketersediaan data.

“Permasalahannya di mana institusi pemberi kredit atau bank tidak memiliki data keuangan yang cukup dari nasabah sehingga dianggap berisiko bila mendapatkan pinjaman,” ujarnya lewat rilisnya, Kamis (9/6/2022).

Dia melanjutkan, pengguna yang tidak memiliki kartu kredit memilih untuk membayar pada saat-saat terakhir dan seringkali harus membayar lebih tinggi karena harga-harga cenderung naik bila terlalu dekat dengan waktu pemesanan, ditambah lagi risiko penawaran semula tidak lagi tersedia.

“Kami tidak menyangka bahwa lebih dari separuh transaksi wisata melalui Traveloka di Indonesia dilakukan melalui transfer antar bank. Kami menyadari bahwa banyak pengguna tidak memiliki kartu kredit walaupun data kami menunjukkan bahwa hampir semua pengguna mampu membayar di muka, bahkan sebelum mereka menggunakan layanan-layanan kami,” tuturnya.

Sekadar informasi, ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara terus bertumbuh pesat dan diperkirakan akan mencapai nilai ekonomi sebesar US$1 triliun atau Rp 14.502 triliun pada 2030 yang dipacu oleh layanan keuangan digital.

Berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang diterbitkan tahun lalu, pembayaran digital diperkirakan akan mencapai nilai transaksi bruto sebesar $1,1 triliun pada 2025.

Selain itu, pinjaman digital diperkirakan menjadi empat kali lebih besar dari US$23 miliar dalam nilai pinjaman berjalan total pada 2020 menjadi senilai US$92 miliar dalam lima tahun.

“Laporan tersebut menunjukkan peluang pasar yang sangat besar,” kata Caesar.

Dia melanjutkan, untuk menjawab potensi tersebut perusahaan telah memperkenalkan layanan pinjaman jangka pendek Buy Now Pay Later (BNPL), atau biasa disebut PayLater pada 2018.

“Ini sebagai solusi bagi pelanggan yang membutuhkan kemudahan berbelanja dan mengatur sendiri cicilan pembayaran tetapi tidak memiliki akses kepada layanan perbankan tradisional yang mengeluarkan kartu kredit,” ujarnya.

Sementara itu, dia menyebut dalam dasawarsa terakhir, tercatat sebanyak 60 juta kali aplikasi Traveloka telah diunduh dan telah diakses oleh 40 juta pengguna aktif.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper