PPKM Level 3 saat Nataru Bikin Startup OTA Sulit Pulih

Ahmad Thovan Sugandi
Rabu, 24 November 2021 | 16:46 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Startup online travel agent (OTA) dikhawatirkan bakal kesulitan untuk melakukan pemulihan kinerja sejalan dengan penerapan aturan PPKM Level 3 saat Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut bisnis startup OTA
terdampak sangat parah oleh pandemi.

"Tahun kemarin transaksi di OTA itu turun hingga 75 persen. Tahun ini diprediksi masih tumbuh sekitar 30 persen dengan asumsi tidak ada PPKM level 3 lagi ketika akhir tahun. Nampaknya akan sedikit melambat dari perkiraan itu,"

Menurutnya, PPKM akan berdampak signifikan pada OTA. Bahkan pada 2025, bisnis OTA diperkirakan belum kembali ke posisi semula atau minus jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi.

Huda mengatakan startup OTA juga harus berinisiatif untuk mendiversifikasi usahanya. Seperti yang dilakukan oleh AirAsia yang akhirnya masuk ke bisnis ride-hailing dan e-commerce juga.

"Traveloka sebenarnya sudah bisa menambah layanan ke bisnis antar makanan, tetapi juga kalah dengan startup yang fokus ke sana. Tidak banyak diskon juga dan mitra pengemudinya relatif sedikit. Mungkin bisa masuk dalam industri fintech atau lainnya," ucapnya.

Dia menilai pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan yang memberikan kelonggaran dengan syarat tertentu. Namun, bila hal tersebut sulit direalisasi akan menimbulkan bahaya berupa peningkatan kasus Covid-19.

Huda mengatakan walaupun startup OTA menurunkan harga atau promo, tetapi kebijakan kurang mendukung dan masyarakat juga relatif enggan berlibur dengan adanya pengetatan.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut startup yang dirugikan dengan adanya PPKM hanya startup OTA.

"Namun menurut saya kerugian mereka masih lebih kecil daripada kerugian para perusahaan konvensional, seperti perusahaan transportasi, hotel, dan lain-lain," ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper