Ini Alasan Investor Getol Bangun Data Center di Indonesia

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 27 Oktober 2021 | 20:12 WIB
Pusat Data. /DAIMLER
Pusat Data. /DAIMLER
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kemudahan dan kepastian berusaha di bisnis data center atau pangkalan data dinilai menjadi daya tarik investor lokal dan asing dalam berinvestasi di bisnis penyimpanan data.

Di samping itu, keterbatasan pasokan listrik dan lahan juga mendorong sejumlah pemain pangkalan data asing hadir ke Indonesia.

Sekjen Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia (IDPRO) Teddy Sukardi mengatakan beberapa tahun ke depan investasi di pangkalan data dan telekomunikasi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan atau demand terhadap layanan data.

Perusahaan perlu menyimpan data untuk kebutuhan analitik, yang membuat jalan mereka dalam bertransformasi makin cepat, khususnya di era digital.

“Investor itu mengambil keputusan mempertimbangkan kemudahan dan kepastian berusaha, stabilitas di samping potensi mendapatkan keuntungan,” kata Teddy, Selasa (27/10/2021).

Teddy mengatakan hingga saat ini belum ada tanda-tanda yang diistimewakan di bisnis pangkalan data. Pemain pangkalan data tetap dikenakan pajak seperti perusahaan di sektor lainnya.

Jika suatu saat nanti terdapat regulasi yang meringankan investasi di pangkalan data, misalnya bebas pajak, maka investor akan makin gencar masuk ke bisnis ini.

Sementara itu dalam sebuah acara, CEO Huawei Digital Power Indonesia Andi Liu mengatakan pertumbuhan ekonomi digital akan mendorong lalu lintas data yang makin besar.

Digital Economy Report 2019 UNCTAD memperkirakan pada 2022 lalu lintas data di dunia mencapai 150.700 Gbps, naik sekitar 227 persen dibandingkan dengan 2017.

Pertumbuhan lalu lintas data tersebut, sambungnya, membutuhkan dukungan pangkalan data, karena makin banyak data yang dihasilkan dan perlu dianalisis. Pangkalan data tepi (Edge) juga makin banyak untuk menghadirkan latensi yang lebih rendah dalam analisis data.

Hanya saja jumlah pangkalan data yang makin banyak ini, juga akan berdampak pada lingkungan. Liu mengatakan secara global, pangkalan data mengonsumsi 2 persen dari listrik global. Artinya hampir satu kilowatt digunakan untuk pangkalan data. Hal ini tidak baik bagi lingkungan.

Efisiensi konsumsi energi pusat data, belum cukup untuk menekan emisi karbon. Pembangunan pangkalan data, menurutnya, perlu mengarah pada pangkalan data ramah lingkungan.

Singapura dan Hong Kong - sebagai negara dengan pusat data internasional terbesar di dunia- saat ini sudah mulai kesulitan mencari lahan dan listrik untuk pangkalan data.

Alhasil, menurut Liu, akan makin banyak pangkalan data baru yang akan pindah ke Indonesia, khususnya pangkalan data ramah lingkungan.

“Jadi, kami percaya bahwa dalam dua atau tiga tahun mendatang, makin banyak pangkalan data, makin banyak fasilitas pangkalan data akan datang, kami akan mentransfer dari Singapura ke Indonesia,” kata Liu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper