Bisnis.com, JAKARTA — Satelit telekomunikasi khusus internet atau (High throughput Satellites /HTS) dinilai mampu memberikan layanan per titik yang besar, meski secara kapasitas kecil.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan cepat atau lambat layanan data satelit per titik dipengaruhi oleh kebutuhan. Makin banyak titik yang membutuhkan layanan atau dilayani, kecepatan internet yang diberikan akan makin lambat, begitu pun sebaliknya.
“Kalau untuk 32 titik, maka masing-masing bisa mendapat alokasi 1 Gbps,” kata Heru, Rabu (27/10/2021).
Sekadar informasi, Telkom dikabarkan berencana membangun satelit HTS berkapasitas 32Gbps. Kapasitas tersebut hanya seperlima dari kapasitas Satelit Satria yang mencapai 150Gbps. Rencananya satelit tersebut bakal meluncur pada kuartal I/2024.
Heru menambahkan meski secara kapasitas Satria lebih besar dari HTS milik Telkom, dengan jumlah titik yang dilayani banyak, yakni mencapai 150.000 titik, maka kecepatan internet yang diberikan kepada para penerima layanan juga rendah, atau hanya 1Mbps.
HTS Telkom dapat memberikan kecepatan internet hingga 1Gbps jika jumlah titik yang dilayani kecil atau sekitar puluhan titik saja.
Heru juga menilai sisi positif dari peluncuran tersebut adalah makin banyak satelit milik Indonesia yang memberikan layanan kepada masyarakat.
Dia menuturkan saat ini 70 persen kapasitas satelit Indonesia masih bergantung kepada asing. Harapannya Heru jumlah tersebut berkurang dengan meningkatkan jumlah satelit lokal yang meluncur atau pemerintah mencabut izin slot orbit Indonesia yang digunakan oleh pemain satelit asing.
“Satelit asing yang pakai slot orbit kita seperti SES 7 dicabut saja izinnya karena menggunakan 150MHz frekuensi di 2,5/2,6 GHz,” kata Heru.