Pemadaman 3G Tak Jadi Masalah bagi IoT dan Perangkat Elektronik

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 4 Oktober 2021 | 06:07 WIB
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perangkat Elektronik dan perangkat internet untuk segalanya (internet of things/IoT) diperkirakan tetap dapat beroperasi tanpa jaringan 3G. 

Keduanya hanya butuh bandwidth kecil untuk dapat bergerak sehingga dapat menggunakan jaringan 2G.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan selama ada masih ada jaringan generasi kedua di suatu wilayah, perangkat IoT masih dapat beroperasi. 

Perangkat IoT - seperti modem untuk pengaturan armada dan perangkat electronic data capture (EDC) - dapat berjalan dengan jaringan 2G, jika jaringan 3G di suatu wilayah menghilang.  

“IoT tidak butuh bandwidth besar, hanya Kbps. Datanya juga kecil-kecil sekali kirim,” kata Teguh, Minggu (3/10/2021). 

Teguh menambahkan 3G secara teknologi juga sudah lewat masanya. Dengan memadamkan 3G, operator dapat lebih menghemat pemanfaatan spektrum frekuensi. 

Teguh juga memperkirakan tidak butuh waktu lama bagi operator untuk memadamkan seluruh titik jaringan 3G. Jika operator berniat mematikan 3G, menurutnya, cukup 1  tahun untuk puluhan ribu base transceiver station (BTS) 3G. 

“Kalau hanya mengganti BTS 3G ke 4G, karena biasanya satu BTS itu sudah multi jaringan ada 2G, 3G dan 4G itu bisa cepat. Apalagi kalau hanya mematikan 3G,” kata Teguh.  

Wakil Ketua Bidang Regulasi Pemerintah Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Joegianto seluruh perangkat yang terhubung dengan telekomunikasi terhubung dengan jaringan 2G,3G atau 4G. Kehadiran 2G, menurutnya, lebih dibutuhkan dibandingkan dengan 3G. 

“Dari pengalaman terbaik (Best PracticeCarrier, 3G yang harus dimatikan karena tanggung. Kalau bicara layanan suara kita ada 2G, dan untuk data internet, 4G sebenarnya adalah khusus untuk itu,” kata Joegianto. 

Dia mengatakan saat ini pengembangan jaringan 4G sudah sangat masif di Indonesia. Ibarat anak kecil, jaringan 4G sudah bisa berjalan sendiri. 

Joegianto berpandangan kombinasi jaringan yang paling pas di Indonesia adalah jaringan 2G dan 4G. 

“Kenapa 2G dan 4G? tidak ada satu carrier pun yang berani mematikan 2G. Memang sudah uzur tetapi peta pasar di Indonesia berbeda dengan di luar negeri,” kata Joegianto. 

Sekadar informasi, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada kuartal III/2019, jumlah BTS 2G di Indonesia telah menjangkau 76.428 desa/kelurahan. Sebaliknya, jumlah desa yang tidak terjangkau 2G adalah 6.790 desa/kelurahan.

Sementara itu, jaringan 3G telah menjangkau 67.006 desa/kelurahan. Sebanyak 16.212 desa belum terjangkau 3G. Dibandingkan dengan 4G, jaringan jumlah desa yang belum terjangkau 3G lebih banyak. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper