Bisnis.com, JAKARTA — Penerapan strategi online to offline (O2O) dinilai sudah tidak relevan dilakukan saat pandemi ini, terlebih apabila pasar didominasi generasi milenial.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan jika startup e-commerce yang menerapkan strategi O2O sudah tidak relevan dilakukan saat ini.
“Kita sekarang segan masuk ke toko elektronik, apalagi kalau hanya sekadar masuk lalu tidak beli, itu tidak nyaman. Daya hidup kita sudah tidak seperti itu sekarang,” katanya pada Bisnis.com, Selasa (21/9/2021).
Baca Juga Efektivitas Strategi O2O bagi e-Commerce |
---|
Dia menambahkan situasi toko elektronik saat ini jumlah penjaganya lebih banyak dari pembeli, sehingga membuat pengunjung tidak nyaman. Strategi bisnis O2O bukanlah peluang baru bagi startup e-commerce.
Menurutnya, tren belanja online memang sudah bukan menjadi masalah generasi milenial, tetapi bagi generasi Z dan baby boomers masih belum sepenuhnya percaya. Hanya generasi di atas milenial yang masih berminat datang ke toko untuk melihat fisik barang yang akan di beli.
Dia berpendapat penjualan secara luring masih menjadi andalan di beberapa daerah, tetapi di kota besar sudah beralih ke transaksi secara daring.
“Kalau di daerah-daerah saya setuju. Kalau di Jakarta, dibuat O2O tidak akan ada yang datang. Kalau di kota besar, 80 persen pembelinya transaksi online,” ujarnya.
Tesar menuturkan strategi O2O lebih tepat apabila diaplikasikan untuk menjangkau pasar di daerah, bukan pusat perkotaan, yang masih asing dengan belanja daring.