Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis keamanan data diprediksi makin tumbuh seiring dengan banyak serangan siber. Tidak hanya itu, serangan siber juga berdampak pada terbukanya lapangan kerja.
Sekretaris Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Satriyo Wibowo mengatakan tren serangan siber akan terus meningkat ke depannya. Bahkan, The Global Risk Report 2021 dari The World Economic Forum, telah memasukan serangan siber sebagai risiko jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Tren tersebut menurut Satriyo tidak hanya membuat bisnis keamanan data bertumbuh, juga membuka lapangan pekerjaan baru. Beberapa perusahaan mencari sumber daya manusia dengan keahlian di sektor keamanan data. Sayangnya Satriyo tidak memiliki data pertumbuhan keduanya.
“Saya melihat dari aplikasi dan Grup Whatsapp terus bermunculan [permintaan terhadap bidang keamanan siber], dan juga perusahaan baru di bidang keamanan siber,” kata Satriyo, Rabu (15/9/2021).
Mengenai biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk jasa keamanan digital, kata Satriyo, setiap perusahaan berbeda-beda. Tidak ada standar yang jelas.
Satriyo memperkirakan untuk sebuah perusahaan yang telah matang - misalnya perbankan - biaya yang dihabiskan oleh sebuah perusahaan sekitar 20 persen - 30 persen dari total belanja infrastruktur teknologi dan informasi.
Sementara itu, untuk perusahaan yang belum terlalu matang, perkiraannya, belanja modal yang dikeluarkan sekitar 10 persen-15 persen dari total anggaran untuk infrastruktur teknologi dan informasi. Anggaran belanja perusahaan untuk teknologi dan informasi, mayoritas - lebih dari 50 persen - habis untuk membangun infrastruktur.
“Dana yang dikeluarkan untuk keamanan masih dibagi menjadi tiga yaitu investasi perangkat, SDM dan operasional,” kata Satriyo.
Adapun mengenai sektor keamanan digital yang bakal tumbuh, secara spesifik Satriyo memprediksi perusahaan identitas digital bakal mengalami pertumbuhan yang lebih cepat pada tahun depan.
Banyak perusahaan telah bertransformasi ke digital. Proses tanda tangan digital tidak lagi dilakukans secara luring, melainkan daring.
“Sudah tumbuh industri Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Indonesia dengan 3 yang sudah berinduk, 2 tersertifikasi dan 2 terdaftar,” kata Satriyo.