Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya serangan siber tidak serta merta membuat potensi bisnis keamanan data meningkat.
Beberapa perusahaan diyakini lebih memilih menciptakan budaya keamanan digital secara mandiri, dibandingkan harus menggunakan solusi keamanan.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi memperkirakan tren serangan siber setiap tahunnya akan meningkat. Hanya saja, tingginya serangan tidak serta merta membuat penyedia solusi keamanan digital menjadi cuan.
Perusahaan atau lembaga pemerintah tidak selalu bergantung pada perusahaan penyedia layanan keamanan digital.
“Sebab kalau tiap kementerian/lembaga, instansi maupun perusahaan bisa melakukannya sendiri, tidak perlu ke perusahaan keamanan siber,” kata Heru, Rabu (15/9/2021).
Heru mengatakan subtansi perlindungan data bukan hanya soal bisnis. Substansi perlindungan data juga berkaitan dengan upaya membangun budaya digital, mengedukasi masyarakat dan tata kelola ulang keamanan siber dan perlindungan data.
Sekadar informasi, serangan siber menjadi momok di tengah upaya percepatan transformasi digital oleh pemerintah dan berbagai lembaga atau institusi.
Badan Siber dan Sandi Negara mengatakan sepanjang periode Januari - Agustus 2021 terdapat 888,71 juta serangan siber. Serangan berjenis Malware, Trojan dan Denial activity menjadi yang paling sering terjadi.