Bisnis.com, JAKARTA – Sumber daya manusia, kebijakan, dan teknologi menjadi tiga pilar penting untuk menangkal serangan siber di era serba digital ini.
Presiden Direktur IBM Indonesia Tan Wijaya mengatakan kebocoran data umumnya berasal dari faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal berupa serangan siber di mana peretas berusaha menyerang sistem keamanan digital perusahaan dan mengambil keuntungan.
Adapun faktor internal terjadi karena kelalaian atau kurangnya kesadaran sumber daya manusia (SDM) di perusahaan tersebut. Faktor internal juga berkaitan dengan kebijakan lemah yang diterapkan sebuah perusahaan terkait keamanan data yang membuat data mereka mudah bocor.
Tan menuturkan untuk menjaga keamanan data, sebuah perusahaan harus memperkuat tiga komponen yaitu SDM, kebijakan, dan teknologi. Kebijakan bisa berasal dari internal perusahaan atau dari pemerintah.
“People, process atau policy dan teknologi. Ini harus dirapikan untuk menjaga keamanan data,” kata Tan kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Tan mengatakan untuk mendukung sebuah perusahaan menjaga keamanan data yang dimiliki, IBM Indonesia menawarkan sejumlah solusi terkait keamanan data.
Bagi perusahaan yang ingin fokus terhadap bisnis inti dan tidak ingin terlibat dalam pengawasan data, IBM siap menyediakan layanan utuh. Adapun bagi perusahaan yang telah memiliki SDM yang mumpuni, teknologi IBM dapat digunakan.
"Seadainya mereka orang dan teknologi, tetapi masih tidak yakin, kita bisa sebagai white hacker dan di tes, dan kita kasih tahu bolongnya di mana,” kata Tan.
Sebelumnya, berdasarkan hasil studi global yang dilakukan oleh Ponemor Institute yang disponsori oleh IBM Security, pelanggaran data pada 2021 telah merugikan perusahaan yang disurvei rata-rata US$4,24 juta (sekitar Rp60,6 miliar) per insiden. Nilai biaya tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah penelitian IBM selama 17 tahun.
Berdasarkan analisis mendalam tentang pelanggaran data yang dialami oleh lebih dari 500 organisasi - dengan 5 persen diantaranya di Asia Tenggara - IBM juga menemukan fakta bahwa insiden keamanan menjadi lebih mahal dan sulit dikendalikan saat ini karena peralihan operasional yang drastis selama pandemi.
Pelaku bisnis dipaksa untuk menyesuaikan pendekatan teknologi secara cepat pada tahun lalu Hal ini tecermin dengan banyaknya perusahaan yang mendorong atau mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah, dengan 60 persen organisasi mulai memanfaatkan komputasi awan selama pandemi.
Dari sisi industri dengan biaya pelanggaran tertinggi, industri kesehatan mengalami peningkatan biaya pelanggaran data yang cukup tinggi dari tahun ke tahun.
Pelanggaran dalam industri kesehatan adalah yang paling mahal sejauh ini, yaitu US$9,23 juta per insiden – meningkat US$2 juta dari tahun sebelumnya. Tingginya angka tersebut diduga karena industri kesehatan merupakan industri yang paling stabil secara keuangan selama pandemi.
IBM Security juga mencatat pendekatan modern atau berbasis kecerdasan buatan, analitik kemanan, dan enskripsi menjadi tiga faktor mitigasi teratas yang terbukti dapat mengurangi biaya pelanggaran.
Perusahaan dapat menghemat biaya sekitar US$1,25 juta - US$1,49 juta dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan teknologi ini secara signifikan.