Telkomsel: Teknologi 5G Janjikan Efisiensi Buat Manufaktur

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 9 Juli 2021 | 07:55 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Implementasi teknologi 5G IoT mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, hingga efektivitas sebuah manufaktur. PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menjabarkan pencapaian yang diperoleh salah satu mitra usai memanfaatkan solusi 5G IoT Telkomsel.

VP Internet of Things Telkomsel Alfian Manullang mengatakan salah satu mitra manufaktur yang telah menggunakan solusi 5G IoT Telkomsel adalah Schneider Electric. Schneider menjalankan beberapa program pemanfaatan 5G di industri mulai dari virtual tour, EcoStruxure™ Augmented Operator Advisor dan EcoStruxure™ Machine Advisor.

Alfian menjelaskan dengan solusi tersebut, Schneider mampu menurunkan waktu perawatan perangkat manufaktur hingga 44 persen, dibandingkan tanpa menggunakan solusi IoT 5G.

Tidak hanya itu, mitra juga dapat melakukan efisiensi operasional hingga 12 persen dan efiensi scrapt cost hingga 40 persen. Scrap/rework costs adalah biaya yang muncull dari komponen atau bahan yang terbuang selama proses produksi ditambah dengan biaya memperbaiki produk yang cacat agar lolos inspeksi akhir.

Kemudian dari sisi penerimaan komplain pelanggan turun sebesar 24 persen, rata-rata layanan suplai meningkat sebesar 70 persen dan ketepatan waktu barang sampai ke pelanggan juga meningkat mencapai 40 persen.

“Jadi mereka bisa lebih produktif, efektif dan efisien,” kata Alfian kepada Bisnis.com, Kamis (8/7/2021).

Alfian menambahkan Telkomsel memiliki sejumlah solusi IoT yang siap mendukung efektivitas dan efisiensi manufaktur. Secara garis besar, solusi IoT Telkomsel terbagi menajdi tiga yaitu Telkomsel IoT Control Center, Telkomsel IoT Fleet Management, dan Telkomsel IoT Industrial.

Alfian mengatakan solusi yang dihadirkan perseroan berfokus pada peningkatan produktivitas. Untuk perangkat yang sama, jumlah yang dihasilkan lebih banyak. Kemudian, dengan produksi yang lebih besar, ongkos yang dikeluarkan tidak jauh berbeda, bahkan sama. Terakhir adalah keamanan.

Berdasarkan riset perseroan pada Mei 2021, untuk 5G dan Iot, sektor yang paling besar menggunakan kedua solusi tersebut adalah layanan industri dan manufaktur.

Alfian mengatakan produktivtias manufaktur Indonesia makin rendah dari tahun ke tahun. Padahal, manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (GDP) Indonesia yaitu sekitar 20 persen.

Berdasarkan data yang dihimpun perseroan, pertumbuhan GDP turun dari 5.03 pada 2016 menjadi 5.02 pada 2019. Adapun pada 2016, kontribusi manufaktur terhadap GDP sebsar 20,5 persen, turun menjadi 19,7 persen pada 2019. Penurunan terjadi karena rata-rata produktivitas manufaktur Indonesia rendah, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. 5G dapat menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut.

“Pemerintah ingin menaikkan ke 25 persen pada 2025,” kata Alfian.

Alfian mengatakan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 isu utama yang harus diselesaikan, penurunan penjualan, kompetisi yang makin ketat, lemahnya pendekatan ke pelanggan, dan meningkatkanya ongkos internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper