Adopsi Jaringan 5G Diyakini Percepat Penetrasi IoT

Akbar Evandio
Kamis, 17 Juni 2021 | 20:48 WIB
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi jaringan internet generasi kelima (5G) oleh sejumlah operator dinilai akan mempercepat penetrasi Internet of Things (IoT) di Indonesia yang selaras dengan kebutuhan belanjanya.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan belanja IoT sangat dipengaruhi dengan pergerakan digitalisasi di semua sektor kehidupan masyarakat, terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, peternakan, industri, komunikasi, media, dan perumahan serta layanan publik.

“Kami memperkirakan potensinya [belanja IoT] sebesar US$40 juta pada 2025 dengan jumlah sensor atau perangkat sebanyak 678 juta unit atau CAGR sebesar 15 persen per tahun nya,” katanya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan 5G sendiri akan banyak dimanfaatkan untuk IoT di sektor privat dan industri terkait kebutuhan untuk koneksi yang masif dan yang membutuhkan real-time (berlatensi rendah) serta tentunya kebutuhan mobile.

Namun, menurutnya efek 5G bagi penetrasi IoT di Tanah Air baru bisa dirasakan pada 2—3 tahun ke depan. Sebab, saat ini penggelaran jaringan generasi kelima ini belum masif dilakukan.

“Untuk saat ini belum [berpengaruh ke belanja IoT] karena belum masif penggelarannya, kalau di Indonesia diperkirakan baru 2—3 tahun ke depan, karena IOT membutuhkan kelengkapan ekosistemnya selain jaringan juga perangkat termasuk sensornya, platform serta aplikasi yang merupakan penting juga agar solusinya dapat digunakan oleh pengguna nya sesuai dengan kebutuhan di setiap sektornya," katanya.

Teguh menjelaskan peran 5G bisa mempercepat penetrasi IoT jika gelaran jaringan sudah masif dan kelengkapan ekosistemnya sejalan dan menunjang adopsinya, maka akan selaras dengan peningkatan belanja IoT ke depan.

“[Utamanya] adalah ekosistem yang mendukung yang bisa mendorong belanja IoT ini, yaitu kesesuaian antara supply dengan demand dari user-nya,” kata Teguh.

Berdasarkan riset yang dilakukan GlobalData, pendapatan IoT secara global akan bernilai US$1,1 triliun pada 2024. Adapun, pasarnya akan mencapai US$622 miliar pada 2020 yang mengalami kenaikan dari 2019 senilai US$586 miliar.

Sebelumnya, Teguh mengatakan IoT menjadi tulang punggung dalam mendorong transformasi digital dengan prediksi pada 2022 jumlah perangkat atau sensor IoT yang digunakan di Indonesia mencapai 400 juta sensor dengan nilai pasar sekitar Rp350 triliun.

Asioti menilai pertumbuhan industri IoT pada tahun ini juga akan terdorong oleh proses percepatan pemulihan ekonomi. Penerapan teknologi membantu dalam proses pengambilan keputusan agar lebih cepat dan automasi sehingga lebih efisien secara waktu dan biaya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper