Latensi Rendah 5G Bantu Operasi Jarak Jauh hingga Kendaraan Otomatis

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 27 Mei 2021 | 09:20 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai secara perlahan jaringan 5G akan mengubah banyak sistem kerja di berbagai sektor di Indonesia.

Latensi rendah yang dihadirkan teknologi generasi kelima dapat menghadirkan berbagai solusi baru di sektor kesehatan, UMKM hingga otomotif.

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi mengatakan kehadiran 5G pada tahap awal ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan internet cepat.  

Dengan spektrum frekuensi sebesar 50MHz di pita 2,3 GHz, sebut Ridwan, kecepatan internet 5G yang dihadirkan Telkomsel akan lebih baik dibandingkan dengan 4G.

Jaringan teknologi tersebut juga dapat mengatasi kelebihan beban data, yang terjadi di beberapa wilayah layanan Telkomsel. Kelebihan beban data membuat kualitas layanan menurun di tengah kondisi adopsi digital yang melesat di masyarakat.  

“Di banyak tempat kapasitas 4G sudah maksimal, tidak bisa ditambah lagi dengan penambahan Base Transceiver Station [BTS]” kata Ridwan, Kamis (27/5/2021).

Adapun tahap selanjutnya, teknologi 5G disebutnya akan mendukung program digitalisasi UMKM dan implementasi industri 4.0 dengan solusi masif Internet of Things (IoT) dan aplikasi untuk misi penting.

Teknologi 5G yang memiliki latensi 10 kali lipat lebih rendah dari 4G – yaitu di bawah 1 milidetik -  nantinya dapat mendukung sejumlah aktivitas jarak jauh seperti operasi jarak jauh, hingga kendaraan otomatis atau nirawak.

Latensi adalah jeda waktu yang dibutuhkan dalam pengantaran data dari pengirim ke penerima atau perangkat. Makin tinggi jeda waktu maka semakin lambat respons yang diberikan penerima atas perintah yang dikirim.

“Misalnya untuk aplikasi pengobatan jarak jauh. Dokter ikut mengawasi proses operasi pasien dari jarak jauh. Dokter butuh kondisi waktu nyata dan itu hanya dapat terwujud dengan bandwidth yang lebih lebar lewat 5G. Sedangkan IoT untuk kendaraan otomatis,” kata Ridwan.

Sekadar gambaran dalam acara berbagi informasi mengenai 5G yang digelar Huawei pada 2019, diketahui bahwa teknologi 3G memiliki tingkat latensi 100 milidetik. 

Jika kendaraan tanpa awak menggunakan teknologi ini, ketika diperintahkan untuk berhenti oleh sensor mobil, mobil tersebut niscaya baru akan merespons perintah ketika sudah berjalan sepanjang 330 cm  dari waktu atau jarak mobil mendapat perintah. Risiko kecelakaan cukup besar.

Sementara itu teknologi 4G memiliki karakteristik latensi 50 milidetik. Kendaraan baru menaati perintah setelah berjalan 167 cm dari jarak mobil tersebut mendapat perintah.

Adapun teknologi 5G menjadi teknologi yang paling tepat untuk mendukung operasional mobil otomatis. Dengan latensi 1 milidetik, maka kendaraan akan langsung menjalankan perintah dari sensor. 

Teknologi 5G yang terpasang di BTS akan menghubungkan kendaraan dengan kendaraan, kendaraan dengan manusia, dan kendaraan dengan bangunan, sehingga ketiga benda tersebut akan ditolak oleh mobil ketika berada di jarak tertentu. 

Dua sensor yang masing-masing terpasang di depan, samping dan belakang mobil, akan terus menjaga jarak aman mobil sehingga ketika ada benda yang berdekatan, mobil akan langsung mengelak seperti 2 kutub magnet serupa yang didekatkan. 

Ketika teknologi 5G diterapkan secara efektif, fungsi lampu lalu lintas akan berkurang drastis karena setiap kendaraan telah berjalan dengan sistem jaringan 5G.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper