Perpanjangan Waktu Merger, Indosat & Tri Diduga Bahas Hal Teknis

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 29 April 2021 | 17:33 WIB
Staf PT Hutchison 3 Indonesia melayani pelanggan Tri./dok. Tri Indonesia
Staf PT Hutchison 3 Indonesia melayani pelanggan Tri./dok. Tri Indonesia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai tambahan waktu negosiasi eksklusif merger PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) selama 2 bulan akan digunakan untuk membicarakan sejumlah hal, termasuk ihwal teknis terkait rencana bisnis perusahaan gabungan ke depan.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai perpanjangan waktu negosiasi eksklusif antara pemegang saham Tri dan Indosat menandakan bahwa terdapat beberapa hal yang belum disepakati antara keduanya. Perpanjangan waktu dikaitkan dengan rencana merger yang gagal dinilai keliru.

“Kesepahaman akan banyak membahas hal terkait rencana ke depan bagi kedua perusahaan seperti model konsolidasi, perhitungan aset, valuasi dan lainnya,” kata Heru, Kamis (29/4/2021).

Heru juga berpendapat tambahan waktu memberi kesempatan kedua pemegang saham membahas hal-hal yang menyangkut perkembangan terkini dari regulasi pemerintah, termasuk batalnya lelang frekuensi 2,3 GHz, yang sebelumnya sempat dimenangkan oleh Tri.

Dalam tahapan seleksi lelang 2,3 GHz kedua atau lelang 2021, Tri tersingkir sejak tahap awal, yang menandakan Tri tidak memiliki frekuensi tambahan.

Sementara itu, Ketua Bidang Regulasi dan Pemerintahan Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) Ardian Asmar menilai merger Tri-Indosat dalam jalur yang positif. Perpanjangan waktu negosiasi eksklusif merupakan hal yang wajar karena proses merger tidak semudah proses akuisisi

Dia pun berpendapat sebelum 30 Juni 2021, para pemegang saham telah memiliki keputusan mengenai kepemilikan saham, yang kemudian pembahasan akan dilanjutkan pada hal-hal yang bersifat teknis.

“Dugaan saya setelah Lebaran harusnya sudah ada kesepakatan karena ini mengenai kepentingan bersama,” kata Ardian.

Selain untuk menghadapi kompetisi yang makin ketat, Ardian berpendapat kepentingan bersama lainnya yang mendorong mereka untuk merger adalah kewajiban pembangunan jaringan di perdesaan.

Saat ini yang memiliki kemampuan untuk menggelar jaringan di perdesaan hanya Telkom Group. Gabungan keduanya akan melahirkan kekuatan yang lebih kuat dan operasional yang lebih efisiens, sehingga kemampuan untuk gelar jaringan internet di perdesaan makin baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper