Merger Tri & Indosat (ISAT), Negosiasi Alot Pemegang Saham

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 29 April 2021 | 17:06 WIB
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perpanjangan negosiasi merger antara PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) disebabkan belum mencapai titik temu perihal kepemilikan saham di perusahaan gabungan.

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi menduga pembahasan merger antara Indosat dengan Tri berkutat pada pemegang saham masing-masing perusahaan.

CK Hutchison Holdings sebagai pemegang saham utama Tri – dengan porsi sebesar 66 persen - merupakan perusahaan besar di Hongkong yang memiliki bisnis menggurita di berbagai sektor, sementara Ooredoo Asia Pte Ltd adalah perusahaan telekomunikasi besar di Timur Tengah. Keduanya diduga ingin menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan baru.

“Kalau dugaan saya ujung-ujungnya berapa persen saham masing-masing pihak,” kata Ridwan, Kamis (29/4/2021).

Sekadar informasi, pemegang saham utama Tri dan Indosat baru saja memperpanjang periode eksklusif negosiasi penggabungan kedua bisnis anak perusahaan mereka hingga 30 Juni 2021.

Para pemegang saham membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan negosiasi yang telah berlangsung. Kedua belah pihak akan terus bekerja untuk menyelesaikan due diligence serta syarat dan ketentuan kesepakatan.

Sementara itu, Ketua Bidang Regulasi dan Pemerintahan Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) Ardian Asmar menjelaskan proses merger lebih kompleks dibandingkan dengan akuisisi. Dalam konteks merger, kedua belah pihak secara normatif berada dalam posisi yang sama-sama kuat.

“Tidak ada satu entitas yang membutuhkan entitias lain, tetapi ada tujuan bersama di mana kalau tidak bersatu maka tujuan bersama ini tidak tercapai,” kata Ardian.

Ardian menilai dari sisi ukuran bisnis, Indosat memang lebih besar dibandingkan dengan Tri Indonesia. Namun, jika dari sisi pangsa pasar, Tri lebih tersegmentasi dibandingkan Indosat yang menyasar semua segmen.

Tri mengeklaim 90 persen lebih dari 39 juta pelanggannya merupakan generasi milenial atau anak muda, sedangkan Indosat memiliki pelanggan yang lebih umum. Kemudian jika ditarik lebih jauh, pemegang saham utama masing-masing perusahaan merupakan perusahaan besar.

Ooredoo Q.P.S.C – induk Indosat – pada Rabu (28/4/2021) mengumumkan bahwa pendapatan konsolidasi yang dibukukan pada kuartal I/2021 mencapai 7,2 miliar Riyal Qatar atau setara dengan Rp28,59 triliun, turun 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementar itu, CK Hutchison Holdings – induk Tri – pada 2020 mencatat pendapatan senilai 403,8 miliar Dollar Hongkong atau sekitar Rp752,18 triliun, turun 8 persen secara tahunan.

“Jadi harus dilihat siapa yang memiliki uang di belakang. Jadi yang terjadi sekarang adalah pembicaraan antarpemegang saham. Pembicaraannya adalah pembicaraan yang pragmatis,” kata Ardian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper