Subsidi Ongkir Bisa Picu Transaksi Digital Naik 20 Persen

Akbar Evandio
Selasa, 13 April 2021 | 01:30 WIB
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan di bidang dagang elektronik (e-commerce) dan dompet digital dinilai akan mengalami peningkatan transaksi digital hingga lebih dari 20 persen yang dipicu oleh kebijakan pemerintah terkait dengan subsidi ongkos kirim.

“Sebenarnya, tahun ini merupakan ajang pemulihan di mana tanpa program [pemerintah] saja bisa naik 10 persen, tetapi dengan program ini bisa naik lebih dari 20 persen. Ini sangat signifikan dampaknya,” kata Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono saat dihubungi Bisnis.com, Senin (12/4/2021).

Sebelumnya, pemerintah tengah menyiapkan Rp500 miliar untuk subsidi biaya ongkos kirim di Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) saat Lebaran 2021.

Selain Harbolnas dengan subsidi bebas ongkirnya, pemerintah juga mengupayakan bangkitnya ekonomi nasional melalui penyaluran tunjangan hari raya (THR). Perusahaan pun diminta membayarkan THR secara tepat waktu karena pemerintah beranggapan telah memberikan sejumlah insentif usaha.

Adapun, bila THR disalurkan dengan tertib, pemerintah memprediksi ada aliran dana hingga Rp215 triliun yang mengalir ke pasar. Tentu, angka ini mengasumsikan seluruh karyawan ramai-ramai membelanjakan THR yang diterimanya.

Handito melanjutkan bahwa kedua program tersebut mampu untuk mengurangi beban platform, khususnya e-commerce dari sisi ongkos kirim yang seharusnya perlu disikapi dengan melakukan promosi dan edukasi terhadap UKM dan produk lokal agar program ini tidak sekadar momentuman saja, tetapi bisa berkelanjutan untuk menjadikan UKM mengalami kenaikan kelas.

“Ini juga momentum kebangkitan UKM, saat ini branding masih jadi tantangan dan ini ekosistem yang perlu dibangun juga oleh pemain e-commerce dan dompet digital. Jadi, anggaran dari ongkir yang sudah disubsidi bisa dialihkan untuk perkuat tantangan UKM lokal kita,” katanya.

Berdasarkan riset Neurosensum bertajuk Ramadhan Survey 2021 menyebutkan sinyal peningkatan pembelian yang dilakukan oleh konsumen menjelang Ramadan. Laporan tersebut menunjukan aktivitas belanja daring pada Ramadan 2021 akan meningkat menjadi 37 persen dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 33 persen.

Adapun, laporan yang sama menyebutkan bahwa sebanyak 48 persen responden memilih belanja kebutuhan sehari-hari secara daring saat Ramadan 2021, sementara 33 persen konsumen membeli barang-barang selain barang kebutuhan sehari-hari.

Angka tersebut dipengaruhi oleh kecemasan konsumen untuk berbelanja luring dan memilih untuk tetap di rumah karena pandemi yang belum mereda. Adapun, para pelaku UMKM yang berjualan di lokapasar daring memiliki peluang dan optimisme cukup tinggi untuk memasarkan produk-produknya ke konsumen pada Ramadan dan Lebaran kali ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper