Bisnis.com, JAKARTA – Ppertumbuhan pendanaan terhadap bisnis perusahaan rintisan diprediksi menunjukan tren negatif pada kuartal II/2021.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan pendanaan startup mengalami kontraksi lantaran para modal ventura masih melakukan banyak pertimbangan dan penilaian terhadap kinerja startup.
“Realisasi pendanaan masih cenderung turun karena investor menimbang kinerja perusahaan digital selama masa pemulihan, inovasi, serta risiko di tiap sektor yang berbeda,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (11/4/2021).
Dia melanjutkan beberapa perusahaan juga akan didorong untuk secepatnya go public atau melantai di bursa mengingat valuasi dinilai cukup besar dan investor berharap segera mencetak profitabilitas. Menurutnya, hanya sektor dengan pertumbuhan matang yang akan dilirik pada kuartal II/2021.
“Sektor yang akan dilirik adalah sektor dengan pertumbuhan mature seperti fintech, ecommerce, dan layanan pesan antar makanan. Di sisi lain prospek fintech cukup booming seiring dukungan regulasi dan besarnya potensi pembiayaan konsumsi di Indonesia,” kata Bhima.
Berdasarkan laporan Cento Ventures, pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$8,2 miliar pada 2020. Pada semester I/2020 pendanaan ke startup Asia Tenggara US$5,9 miliar dan terus turun pada semester II/2020 senilai US$2,3 miliar.
Jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu hanya 645, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 704.