Ini Risiko Indonesia Jika Gagal Pertahankan Orbit Satelit

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 1 Maret 2021 | 12:43 WIB
Ilustrasi satelit. /NASA
Ilustrasi satelit. /NASA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dinilai harus mampu mempertahankan slot orbit satelit 123 BT (bujur timur) karena akan kesulitan untuk mendapatkan kembali slot orbit tersebut, jika telah digunakan oleh perusahaan atau negara lain.

Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Mastel Kanaka Hidayat menjelaskan persatuan telekomunikasi internasional (ITU) telah memiliki aturan main mengenai penggunaan slot orbit satelit. Dalam tempo 7 tahun, perusahaan atau negara yang telah mendapat izin dari ITU untuk menggunakan slot orbit, harus segera mengisi orbit tersebut dengan satelit.

Negara atau perusahaan yang ingin menggunakan slot orbit, ujarnya, juga harus berkoordinasi dan meminta persetujuan kepada negara/perusahaan yang telah menetap terlebih dahulu di orbit dekatnya. Kordinasi dibutuhkan untuk memastikan layanan yang mereka berikan tidak mengganggu pengguna orbit yang telah datang lebih dahulu.

Dalam kondisi ini, kata Kanaka, terkadang perusahaan yang telah menggunakan orbit sulit memberikan persetujuan dan kerap curiga perusahaan baru akan memakan bisnis mereka.

“Kalau di ITU pendatang baru menjadi tantangan penduduk lama karena dicurigai akan mengambil porsi layanan dan bisnis penduduk lama, sehingga untuk mendapat persetujuan itu sulit sekali,” kata Kanaka kepada Bisnis.com, Senin (1/3/2021).

Dia menambahkan dengan kesulitan tersebut, kemungkinan untuk mendapatkan slot kembali sulit didapat, ataupun jika didapat dengan restriksi yang cukup tinggi.

Tidak hanya itu, Kanaka juga menilai frekuensi 'L-band' di 123BT agak unik, sehingga nilai bisnis nya menjadi lebih tinggi dari yang lainnya. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah atau Indonesia untuk mendapat kembali slot, seandainya slot tersebut lepas.

“Lebih unik karena L-band lebih langka. Bandwithnya relatif kecil dibanding yang lai, sehingga menjadi sumber terbatas ditambah bahwa L-band bisa pakai antena kecil dibandingkan dengan frekuensi satelit lainnya,” kata Kanaka.

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan slot orbit 123BT yang posisinya di atas Sulawesi, merupakan slot yang penting untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Pengembang satelit sejak awal perlu memastikan terlebih dahulu siapa pemodal, waktu dimulainya pembuatan dan waktu peluncuran agar risiko gagal mengorbit dapat diantisipasi.

“Pengembang satelit juga perlu mengadakan negosiasi dan memperoleh dukungan dari pemilik satelit lainnya dengan peta jalan yang jelas untuk penempatan satelit pada slot tersebut,” kata Ian.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper