Bisnis.com, JAKARTA – Konsolidasi ternyata bukan menjadi jawaban mutlak bagi perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air untuk saat ini.
Ekonom Institute for Development of Economics (Indef) Bhima Yudhistira mengakui kolaborasi merupakan strategi realistis yang dapat ditempuh karena langkah ini dapat menjaga ekosistem startup.
“Jalan keluar tidak selalu konsolidasi, merger, atau akuisisi. Menempuh jalan kerjasama antara perusahaan dapat dilakukan. Ada juga bentuk lain untuk berkembang dengan jalan IPO tanpa melalui proses konsolidasi,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (19/1/2021).
Dia melanjutkan pasar saham yang mulai rebound sejak November 2020 dapat dijadikan momentum para pemain startup untuk meraup pendanaan publik.
“Jadi kita dapat melihat varian strategi startup yang beragam jenis pada 2021,” katanya.
Menurutnya, konsolidasi seringkali mengalami kendala karena besarnya ego dari masing-masing pemilik startup, investor hingga proses uji kelayakan yang tidak mulus.
“Ada juga masalah regulasi dimana konsolidasi antar pemain di transportasi daring bisa bentrok dengan ketentuan anti monopoli. Sementara bentuk konsolidasi yang berhasil baik vertikal maupun horizontal akan membuat pangsa pasar startup makin meningkat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bhima menilai untuk startup yang masih dalam tahapan level seed bisa memilih konsolidasi atau kerja sama antar pemain. Sebaliknya, perusahaan yang sudah lebih matang bisa ambil jalan IPO karena potensi valuasi yang lebih besar.