Bisnis.com, JAKARTA – Kekosongan pita frekuensi cadangan diprediksi bakal menjadi kendala PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dalam melakukan aktivitas berbagi spektrum frekuensi di pita 2,3 GHz. Meski nanti mengantongi frekuensi tambahan dari lelang 2,3 GHz, jalan menggapai 5G yang sesungguhnya cukup sulit.
Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Nonot Harsono menilai kerja sama berbagi spektrum frekuensi antara Smartfren dengan pemenang lelang frekuensi 2,3 GHz lainnya akan sulit terealisasi.
Smartfren saat ini hanya mengoperasikan satu pita frekuensi yaitu di pita 2,3 GHz. Smartfren menggunakan pita frekuensi selebar 30 MHz untuk mengoperasikan teknologi 4G yang dimiliki.
Oleh sebab itu, ketika Smartfren memutuskan untuk kerja sama, Smartfren harus memadamkan layanan 4G yang dimiliki dan menggantinya ke 5G, akibat kosongnya frekuensi cadangan untuk menggelar layanan 4G yang telah beroperasi saat ini.
“Smartfren hanya punya 4G di 2,3 GHz . Dengan tambahan 10 MHz. Smartfren bisa di satu kota pakai 5G dan di kota lain pakai 4G,” kata Nonot kepada Bisnis.com, Senin (14/12/2020).
Lebih lanjut, kata Nonot, peluang Smartfren untuk bekerja sama dengan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) juga tidak terlalu menguntungkan.
Dari sisi Tri, pita frekuensi yang dimiliki Tri hanya memiliki 10 MHz. Gabungan frekuensi keduanya akan melahirkan pita frekuensi sebesar 50 MHz. Artinya bagian Tri hanya seperlima dari layanan yang dihasilkan oleh kolaborasi keduanya.
“Misalnya, jadi 4/5 x1Gbps itu adalah haknya Smartfren, 200 Mbps haknya Tri. [Keuntungannya] BTS di sana tidak perlu dua cukup satu. Artinya kecepatannya lebih besar dengan modal belanja yang lebih murah untuk beli BTS,” kata Nonot.