Bisnis.com, JAKARTA – MyTimor, aplikasi transportasi online di Timor Leste besutan Telkomcel, menerapkan tarif perkilometer yang lebih mahal dibandingkan dengan aplikasi tranportasi online di Indonesia.
CEO Telkomcel Yogi Rizkian Bahar mengatakan penetapan harga tarif per kilometer yang lebih mahal dibandingkan dengan tarif transportasi online di Indonesia karena kehadiran MyTimor yang merupakan satu-satunya pemain transportasi online di Timor Leste. Tidak ada perang harga di sana.
Timor Leste menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Tarif per kilometer pengemudi MyTimor jika dirupiahkan sekitar Rp10.000 – Rp15.000. Adapun di Indonesia, tarif per kilometer sekitar Rp4.000 – Rp8.000.
“Jadi mungkin secara harga lebih baik di sini dibandingkan dengan di Indonesia,” kata Yogi kepada Bisnis, Rabu (9/12/2020).
Yogi mengatakan bahwa harga per kilometer yang ditetapkan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemerintah Timor Leste turut terlibat dalam pengaturan tarif transportasi online.
“Kami ada standar harga, dan sudah diatur oleh regulator, seperti menteri perhubungan di Indonesia," kata Yogi.
Sekadar catatan, Telkomcel baru saja meluncurkan MyTimor beberapa hari lalu. Saat ini, aplikasi tersebut hanya melayani antar jemput pengguna MyTimor.
Yogi menargetkan MyTimor sudah dapat melayani pesan antar makanan pada Maret 2021. Sejak awal berdiri, MyTimor telah menerapkan sistem pembayaran nontunai.
Selain mengembangkan MyTimor, Telkomcel juga berupaya menghadirkan aplikasi belanja daring. Tetapi, aplikasi tersebut saat ini masih dalam tahap pengembangan dan belum diketahui kapan akan diluncurkan.
“Telkom Grup punya visi Go digital. Salah satu visi itu yang coba diterjemahkan di Timor Leste,” kata Yogi.