Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) didorong untuk berfokus pada memperoleh keuntungan, tidak hanya menambah jumlah transaksi dengan kegiatan pemasaran.
Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Astindo) Handito Joewono mengatakan selama ini perusahaan rintisan kerap melupakan dasar dari sebuah bisnis yaitu, penjualan atau pendapatan dan keuntungan.
Kondisi ini membuat mereka sedikit kesulitan, ketika para perusahaan modal ventura menambah indikator profitabilitas – selain jumlah transaksi dan pengguna -- dalam proses pendanaan.
“Selama ini penjualan dan keuntungan seolah-olah diabaikan oleh para perusahaan rintisan, mereka berpikir bahwa keuntungan bisa nanti, akhinya banyak perusahaan rintisan yang tidak kunjug berjualan,” kata Handito kepada Bisnis.com, Selasa (24/11/2020).
Akibat kegiatan pemasaran yang berlebihan, kata Handito, perusahaan rintisa merugi dan tutup. Handito mengatakan bahwa investor tidak ingin kebiasaan seperti itu masih dipertahankan.
Dia mengatakan saat ini perusahaan rintisan harus sudah berorientasi pada penjualan dan memperoleh untung agar mendapat pendanaan. Mereka sudah tidak bisa mengandalkan valuasi bodong itu, karena investor sudah sadar.
Selama ini perusahaan rintisan identik dengan perusahaan yang tumbuh dengan cepat karena teknologi. Handito meluruskan makna tumbuh dengan cepat berarti tidak hanya berkutat pada pertumbuhan cepat karena kegiatan pemasaran atau ‘bakar duit’.
Makna tumbuh dengan cepat, menurutnya, berkutat pada produk dan layanan yang berkualitas yang membuat perusahaan rintisan unggul dibandingkan dengan perusahaan konvensional.
“Jadi ini yang terabaikan yang penting cepat-cepat. Tidak ada penjualan tidak apa-apa, era itu sudah berlalu,” kata Handito.