Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Aptajel) mengungkapkan Industri telekomunikasi tengah bertahan untuk menghadapi dampak negatif dari pandemi corona atau (covid-19).
Muhammad Arif Angga, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Aptajel) mengatakan bahwa saat ini semua industri terkena dampak dari pandemi tersebut, tak terkecuali telekomunikasi. Salah satu indikatornya adalah terjadinya perlambatan dari pertumbuhan basis pelanggan.
“Basis pelanggan kami pun rata-rata dari sekian banyak pemain, adalah di pelanggan korporasi dan hanya beberapa yang ritel. Kalau pemain jaringan broadband memang ada peningkatan signifikan di trafik, tetapi kami juga tidak bisa collect money dari peningkatan trafik tersebut,” ujarnya, Selasa (7/4/2020)
Dia mengakui bahwa dari sisi pelanggan ritel mengalami peningkatan, Namun pelaku usaha atau operator yang fokus pada segmen ini masih berjumlah sedikit.
“Kalau pelanggan ritel secara pelanggan baru saya dengar bisa naik 10%-15%, [sedangkan] menurut saya pelanggan corporate kalau dari revenue saya rasa secara total dari seluruh operator jaringan masih di atas 80%,” jelasnya.
Arif menambahkan bahwa untuk para pelaku usaha yang berfokus pada pasar ritel, terdapat tantangan tersendiri ketika menghadapi wabah corona. Dia mengaku para pelaku membutuhkan penambahan infrastruktur untuk menopang kebutuhan trafik
“Kami harus menarik kabel juga, kami tidak bisa mengatakan mendapatkan keuntungan di saat yang sama, karena ada biaya yang perlu dikeluarkan [untuk menambah lebar pita]. Di segmen korporasi, karena semua WFH, rata-rata pelanggan korporasi meminta terminate [pemutusan] dulu, atau postpone [penundaan] berlangganan, dan paling banyak meminta diskon. Jadi, kami kesulitan untuk mengatasi arus kas saat ini,” terangnya.
Dia menambahkan selama ini dari sisi pelanggan justru pendapatan terbanyak berasal dari korporasi. Menurutnya, dengan adanya imbauan WFH, hal ini akan berdampak negatif pada industri telekomunikasi.
“Kalau pertumbuhan [dari korporasi] saya rasa nggak [ada], karena semua WFH [Kerja dari Rumah]. Jadi, kantor hampir kosong. Kebanyakan mereka [korporasi] minta postpone atau diskon layanan sehingga saya rasa bisa [terjadi] lebih dari 50 persen penurunan untuk pelanggan corporate, kalau daerah pariwisata bisa diatas 70 persen,” terangnya.