Frekuensi 5G, Makin Rendah Makin Indah Bagi Operator

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 30 November 2019 | 11:54 WIB
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Operator masih berharap hadirnya frekuensi rendah untuk 5G di pita frekuensi middle band ­ 2,6 GHz – 3,5 GHz, agar terjadi efisiensi saat menggelar jaringan.

Sebelumnya, Konferensi Komunikasi Radio Dunia atau World Radio Communications Conferences (WRC) 2019 yang diselenggarakan di Mesir menetapkan tiga pita frekuensi baru di milimeter wave untuk 5G yaitu 26 GHz (24,5 - 27,5GHz), 40 GHz (37- 43,5 GHz) dan 66 GHz. 

Indonesia pada rentang frekuensi 26 GHz, terdapat pita selebar 2.750 MHz yang siap digunakan oleh operator. Dengan luas pita tersebut, maka masing-masing operator berkesempatan untuk mendapatkan sekitar 500 MHz untuk 5G.

Plt. Chief Technology Officer PT XL Axiata , I Gede Darmayusa mengatakan perseroan menyambut baik penetapan ketiga frekuensi milimeter wave, yaitu 26, GHz, 40 GHz, dan 66 GHz, pada sidang World Radio Communications Conferences (WRC) 2019.

Dia menilai penetapan tersebut sebagai langkah awal pertumbuhan ekosistem 5G. Sebab, akan mendorong pertumbuhan gawai untuk pengguna, sekaligus membuat harga perangkat lebih terjangkau.

Gede menuturkan di Indonesia, spektrum 26GHz lebih bersih dibandingkan dengan 28GHz, karena spektrum 28GHz saat ini beririsan dengan spektrum satelit Ka band.

Meski demikian, sambungnya, penetapan spektrum pada band menengah seperti 3.5GHz dan 2.6GHz masih dinantikan oleh operator, karena spektrum pada pita lebar tersebut memiliki skala ekonomi yang lebih baik.

“Dengan frekuensi yang lebih rendah, spektrum mid band memiliki jangkauan cakupan yang  lebih besar sehingga biaya pengembangan jaringan menjadi lebih rendah,” kata Gede kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Senada, Head of NSAS PT Indosat Tbk. Kustanto mengatakan bahwa frekuensi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang akan menentukan keberhasilan implementasi 5G.

Penetapan alokasi yang harmonis di seluruh dunia akan membantu dalam membangun ekosistem.

Hanya saja, kata Kustanto, penggunaan milimeter wave saja tidak akan cukup untuk membangun cakupan. Sebab, pemanfaatan frekuensi tinggi akan menghasilkan cakupan yang sempit.   

“Diperlukan juga alokasi frekuensi di mid-band  maupun sub-1 GHz band untuk pemerataan jaringan 5G,” kata Kustanto kepada Bisnis.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. Merza Fachys mengatakan ekosistem 5G masih bergantung pada permintaan pasar.

“Tentu ekosistem tumbuhnya akan mengikuti perkembangan supply and demand,” ujar Merza. 

 

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper