Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis kabel laut berkontribusi lebih dari 50% terhadap pendapatan PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo). Diprediksi angka tersebut akan terus tumbuh.
Direktur Utama Moratelindo Galumbang Menak mengatakan berdasarkan data global, rata-rata pertumbuhan konsumsi data masyarakat meningkat sekitar 50% tiap tahunnya.
Pada 2017 rata-rata konsumi data global masih sekitar 1 Petabyte, adapun pada 2019 mencapai 2 Petabyte.
Adapun di Moratelindo, kata Galumbang, pendapatan dari bisnis kabel laut berkontribusi lebih dari 50% dari total pendapatan yang dibukukan pada 2018 lalu. Pendapatan Moratelindo pada 2018 senilai Rp4,7 triliun.
Kemudian, dia mengatakan hingga semester I/2019, pertumbuhan bisnis kabel laut di perseroan tumbuh hingga 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hanya saja, Galumbang tidak menyebutkan angka tepatnya.
“Kalau kabel laut pemainnya sedikit, pendapatan kami masih sekitar 20% tumbuhnya, kalau lalu lintas data tumbuhnya mencapai 50%,” kata Galumbang kepada Bisnis, Minggu (18/8/2019).
Galumbang mengatakan dalam mendorong pertumbuhan bisnis kabel bawah laut, perseroan berfokus pada perlindungan jaringan bawah laut dengan memperkuat sistem redundansi atau membangun jaringan cadangan di daerah Kalimantan dan melakukan ekspansi dengan menggelar jaringan di Dumai – Medan dan Bali – Lombok –Labuhan Bajo – Ende –Kupang.
Meskipun memiliki prospek yang cerah, bisnis kabel laut kerap dihantui oleh jangkar kapal yang berlabuh bukan pada tempatnya.
Gesekan antara jangkar dengan kabel membuat kabel menjadi rusak, terlebih kabel bawah laut sensitif. Gesekan tersebut juga membuat perseroan harus mengeluarkan biaya besar untuk perbaikan.
Galumbang menuturkan kisaran biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kabel bawah laut di laut dangkal sekitar US$500.000. Adapun untuk di laut dalam biayanya bisa mencapai US$1 juta.
“Kalau laut dalam harus menggunakan kapal khusus, yang besar, dan juga ganti kabelnya panjang makanya butuh waktu lama,” kata Galumbang.