Bisnis.com, JAKARTA –PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) melalui Oxygen,id menggalakan penggelaran serat optik di wilayah Barat dan Timur Indonesia untuk mengincar pelanggan baru dari segmen ritel.
CFO Moratelindo, Jimmy Kadir mengatakan penggelaran jaringan yang dilakukan perseroan mengikuti proyek Palapa Ring Barat dan Ring Timur, yang diamanatkan kepada Moratelindo.
Dia mengatakan pada 2019, Moratelindo menganggarkan dana senilai Rp3 triliun untuk pembangunan serat optik ke rumah pelanggan atau fiber to the home (FTTH) dan pembuatan kotak utilitas atau ducting untuk mendukung hadirnya kota pintar di sejumlah kota.
“Ritel akan menjadi pangsa pasar yang cukup baik, semua orang butuh internet. Pembantu saja sekarang sudah mencari Wifi,” kata Jimmy kepada Bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Jimmy mengatakan hingga Juli 2019, kabel yang melewati rumah atau homepass yang digelar perseroan sudah mencapai 100.000 dengan jumlah pelanggan sekitar 30.000 - 40.000 pelanggan.
Perseroan menargetkan hingga akhir 2019 jumlah homepass mencapai 200.000 home pass dengan perkiraan jumlah pelanggan 60.000 pelanggan.
Jimmy menilai wilayah timur Indonesia memiliki prospek cerah untuk bisnis FTTH dan FTTB, sejumlah perusahaan besar dikabarkan menginginkan hadirnya kabel serat optik dengan kapasitas besar di daerah tersebut.
Selama ini beberapa perusahaan di wilayah timur masih mengandalkan satelit untuk internet, sehingga biaya yang harus mereka keluarkan besar.
“Selama ini mereka memakai satelit dan itu mahal sekali bayarnya makanya perusahaan tersebut senang sekali Moratelindo masuk daerah Timur lewat Palapa Ring,” kata Jimmy.
Diketahui belanja modal yang dianggarkan Moratelindo untuk pembangunan SKKL Palapa Ring Timur senilai Rp5,2 triliun, untuk membangun backbone sepanjang 8,454 Km, dengan total nilai kontrak senilai Rp14 triliun yang dicicil selama 15 tahun.
Kemudian untuk SKKL Palapa Ring Barat, jumlah dana yang digelontorkan senilai Rp1,2 triliun, untuk menggelar backbone sepanjang 2.131 Km, dengan total nilai kontrak sebesar Rp3,5 triliun.
Di samping menggelar jaringan, kata Jimmy, untuk memperkaya konten bisnis FTTH, perseroan berencana bekerja sama dengan salah satu perusahaan tv premium. Hanya saja, Jimmy enggan menyebutkan nama perusahaan tersebut karena masih dalam tahap negoisasi.