Industri Game Indonesia Terimpit Tuntutan Disrupsi

Rahmad Fauzan
Selasa, 13 Agustus 2019 | 15:07 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kiri) bermain game online PUBG didampingi Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga (kedua kiri) pada acara Spirit of Millennials Games Day 2018, di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kiri) bermain game online PUBG didampingi Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga (kedua kiri) pada acara Spirit of Millennials Games Day 2018, di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Disrupsi, itulah istilah yang dalam beberapa waktu belakangan seringkali terdengar di telinga dan juga mendorong beberapa pelaku industri untuk secepat mungkin mengambil langkah strategis guna mengamankan bisnisnya.

Salah satu industri yang diperkirakan bakal terkena dampak cukup signifikan dari disrupsi yang terjadi adalah industri gim. Adapun, beberapa sektor di industri gim seperti publisher, agregator, dan carrier billing, diprediksi menjadi sektor yang paling terdampak disrupsi itu.

Dampak yang paling signifikan akan dialami oleh publisher. EVP Digital & Next Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., Joddy Hernadi mengatakan transformasi digital membuat proses pendistribusian menjadi makin mudah sehingga mendorong banyak pengembang gim untuk melakukan publishing secara mandiri.

"Makanya beberapa publisher besar mencoba mengamankan pasokan gim mereka dengan mengakuisisi beberapa perusahaan pengembang gim potensial" ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Salah satu publisher gim Tanah Air, yakni Garena, dikabarkan telah melakukan akusisi terhadap beberapa perusahaan pengembang gim sebagai langkah untuk mengamankan pasokan gim perusahaan tersebut dalam menghadapi disrupsi yang terjadi.

Country Manager Garena, Hans Kurniadi, mengaku belum bisa berkomentar terkait dengan akuisisi beberapa perusahaan pengembang gim.

"Namun, kalau ada perusahaan yang sudah diakuisisi kita akan segera rilis," ujarnya kepada Bisnis.com.

Dia menambahkan, disrupsi yang terjadi tidak memberikan dampak signifikan terhadap Garena selaku publisher karena perusahaan telah membangun jaringan-jaringan yang kuat di daerah-daerah.

Sementara itu, bagi perusahaan agregator dan penyedia layanan konten (carrier billing) seperti Google Playstore dan Windows Phone Store, disrupsi yang melanda juga akan memberikan dampak negatif.

Beberapa agregator seperti UPoint, Coda, dan Triyakom, sangat berpotensi terkena dampak disrupsi, terutama karena kemudahan di era transformasi digital akan mendorong para pemegang jejaring distribusi untuk langsung bekerja sama dengan pihak publisher.

Sementara itu, untuk penyedia layanan konten atau carrier billing, tingginya penetrasi penggunaan uang elektronik menjadi ancaman yang cukup serius dalam beberapa tahun ke depan.

Pasalnya, pembelian konten gim menggunakan uang elektronik dikenakan pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan melakukan pembelian langsung di aplikasi penyedia layanan konten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper