Bisnis.com, JAKARTA -- Sebagai alternatif dalam menyediakan solusi untuk 5G yang belum ditentukan frekuensinya, Ericsson memiliki teknologi yang bernama Ericsson Spektrum Sharing.
Teknologi tersebut memungkinkan frekuensi 4G digunakan bersama-sama dengan 5G.
Ronni Nurmal, Head of Network Solution Ericsson Indonesia mengatakan dengan teknologi ini nantinya jaringan 4G LTE yang digunakan masyarakat dapat berubah sewaktu-waktu menjadi 5G, tergantung pada kekuatan trafik di suatu wilayah.
Dia mencontohkan pengunduhan video lewat gawai yang telah memiliki fitur 5G. Jika di wilayah tersebut banyak masyarakat yang menggunakan gawai yang mendukung 5G, maka sebagian besar frekuensi akan dialihkan ke 5G dan sisanya ke 4G. Begitupun sebaliknya
Menurutnya dengan teknologi tersebut masyarakat dapat memiliki pengalaman berinternet yang lebih baik.
“Tergantung dari end user, kalau misal banyak pengguna yang menggunakan 4G maka sebagian besar dari spektrum dialokasikan untuk 4G, ketika banyak yang 5G pada saat tertentu akan dialokasikan untuk 5G, alokasi secara dinamis,” kata Ronni kepada Bisnis.com di Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Ronny menjelaskan Ericsson telah melakukan uji coba mengenai teknologi Sharing Spektrum, hasilnya tidak terjadi gangguan atau interferensi antara frekuensi 4G dengan frekuensi 5G ketika satu frekuensi digunakan bersama.
Ronny menuturkan bahwa teknologi sharing frekuensi juga bisa menjadi alternatif untuk melahirkan 5G di negara-negara berkembang.
Teknologi sharing memungkinkan operator di negara berkembang untuk tidak tergesa-gesa mematikan investasi 4G mereka, karena masih dapat digunakan untuk sharing frekuensi 5G.
“Mungkin pengguna 5G-nya masih sedikit, kenapa tidak kita sharing frekuensi saja dulu secara dinamis, ketika pemakai 5G nya semakin banyak baru kemudian kita alokasikan untuk 5G,” kata Ronny.
Meski memberikan solusi baru untuk menghadirkan 5G, Ronny mengakui pemanfaatan satu frekuensi untuk dua teknologi sekaligus tidak dapat memberi manfaat optimal dalam hal kecepatan 5G.
Dia memperkirakan dengan sharing frekuensi kecepatan intenet 5G hanya terpaut 10%-20% dari kecepatan teknologi 4G LTE saat ini, disebabkan keterbatasan spektrum mengingat frekuensi 4G di Indonesia menggunakan low band.
“Ketika kita implementasikan 5G di low band, itu manfaatnya tidak sebesar jika 5G diimplementasikan di mid band dan high band, karena spektrumnya terbatas. Harusnya kecepatan 5G bisa 10 atau 100 kali lebih cepat dari teknologi 4G,” kata Ronny.