Bisnis.com, JAKARTA — Di Asia Tenggara, proses pencarian dan mempekerjakan talenta teknologi masih merupakan hal yang sulit. Berdasarkan survei yang dilakukan salah satu perusahaan rekrutmen profesional spesialis global, Robert Walters, sebanyak 7 dari 10 manajer perekrutan mengaku krisis talenta teknologi tersebut telah memperlambat pengembangan produk perusahaannya.
Country Manager Robert Walters Indonesia, Eric Mary, mengatakan pengembangan dan kemampuan talenta teknologi saat ini belum sejalan dengn kecepatan perkembangan teknologi yang begitu pesat.
"Hal tersebut menyebabkan kelangkaan talenta teknologi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia," ujarnya dalam acara jumpa pers di Jakarta, Kamis (20/6).
Adapun, dalam survei yang dilakukan terhadap 400 profesional digital dan manajer perekrutan di seluruh Asia Tenggara pada April 2019 tersebut, ditemukan bahwa krisis talenta teknologi menjadi sebuah permasalahan global dengan tingkat kesulitan tinggi.
Selain itu, sebanyak 68% responden mengaku membutuhkan waktu lebih dari 3 bulan untuk mencari seorang profesional yang melek teknologi yang dapat mengisi kekosongan perusahaan. Sementara itu, sebanyak 70% manajer menyatakan telah merasakan dampak negatif yang memengaruhi produktivitas dan inovasi bisnis dari situasi krisis talenta digital tersebut.
Mary mengatakan, untuk mengatasi masalah itu, perusahaan dituntut untuk lebih proaktif serta membuang gagasan konvensional dan memperbarui proses rekrutmen. Selain itu, perusahaan didesak untuk mulai mencari talenta teknologi secara lebih awal dan melakukan proses edukasi dengan membangun kesadaran baru.
Untuk melengkapi metode tersebut di atas, perusahaan dapat mempertimbangkan jalan non-tradisional dalam menjangkau talenta digital, salah satunya adalah mencari talenta dari luar negeri yang dinilai relevan untuk dilakukan di Asia Tenggara.
Selain itu, cara lain yang bisa digunakan adalah dengan menjangkau talenta teknologi dari berbagai macam industri. Perusahaan, lanjutnya, dapat mempertimbangkan untuk merekrut talenta dari industri perdagangan.