Perang Talenta AI: Meta Tawarkan Bonus Rp1,6 Triliun, OpenAI Singgung Loyalitas

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 19 Juni 2025 | 11:43 WIB
CEO OpenAI sekaligus pendiri ChatGPT Sam Altman saat bertemu awak media di Jakarta, Rabu (14/6/2023). Bisnis/Hendri T Asworo
CEO OpenAI sekaligus pendiri ChatGPT Sam Altman saat bertemu awak media di Jakarta, Rabu (14/6/2023). Bisnis/Hendri T Asworo
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan memperebutkan talenta terbaik di bidang kecerdasan buatan (AI) makin menggila. Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dilaporkan menawarkan bonus penandatanganan hingga $100 juta atau Rp1,6 triliun dan gaji tahunan yang lebih tinggi untuk menarik peneliti AI dari OpenAI, pencipta ChatGPT. 

Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman menegaskan "orang-orang terbaik" di timnya menolak tawaran menggiurkan tersebut. 

Dilansir dari Techcrunch dan Quartz, Kamis (19/6/2025) Sam mengaku terkejut dengan besarnya tawaran dari Meta, yang mulai membuat tawaran besar ke banyak orang di OpenAI seperti bonus penandatanganan US$100 juta.

“Ini gila. Saya sangat senang, sejauh ini, tidak ada dari orang terbaik kami yang menerimanya," ujar Sam. 

Sam menilai, alasan utama peneliti OpenAI bertahan bukan soal uang, melainkan keyakinan bahwa OpenAI punya peluang lebih besar untuk mewujudkan superintelligence—AI yang melampaui kecerdasan manusia dalam memori, penalaran, dan pengetahuan. 

Dia juga menyoroti budaya kerja unik OpenAI yang lebih menekankan misi dan dampak global, bukan sekadar insentif finansial.

Langkah agresif Meta ini terjadi di tengah upaya CEO Mark Zuckerberg membentuk tim "superintelligence" beranggotakan 50 peneliti terbaik. Salah satu strategi utama Meta adalah investasi besar pada Scale AI, startup data labeling penting untuk pelatihan model AI. 

Pekan lalu, Meta mengumumkan investasi US$14,3 miliar untuk mengambil 49% saham Scale AI dan merekrut CEO-nya, Alexandr Wang, ke dalam tim superintelligence Meta. 

Wang, yang dikenal sebagai miliarder muda dan pendiri Scale AI, akan memimpin divisi baru di Meta, meski bukan dari latar belakang ilmuwan riset. Langkah ini dinilai sebagai upaya Meta untuk mempercepat komersialisasi dan pengembangan AI, sekaligus mendapatkan akses ke jaringan talenta dan data yang luas milik Scale AI.

Fortune menyebut Meta dan OpenAI sebagai raksasa teknologi dengan jumlah pengguna terbesar. Meta AI, asisten AI buatan Meta, telah mencapai satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh aplikasi Meta. Sementara OpenAI melaporkan 500 juta pengguna aktif mingguan untuk ChatGPT dan produk turunannya pada April 2025. 

Sam mengkritik pendekatan Meta yang terlalu fokus pada kompensasi finansial. Dia menilai, strategi semacam ini tidak akan membangun budaya inovasi yang kuat dalam jangka panjang. "Saya pikir orang-orang melihat dua jalur: OpenAI punya peluang bagus untuk benar-benar mewujudkan superintelligence dan mungkin suatu hari akan jadi perusahaan yang lebih bernilai," kata Altman.

Di sisi lain, beberapa pengamat menilai Meta memang tengah berjuang mengejar ketertinggalan setelah beberapa tahun terakhir kehilangan sejumlah peneliti AI utama dan menerima respons dingin atas model AI terbaru mereka, Llama 3. 

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper