E-Commerce Adu Modal Berebut Trafik

Deandra Syarizka
Senin, 27 Mei 2019 | 11:30 WIB
Seorang pegawai berjalan melewati logo Tokopedia/Tokopedia
Seorang pegawai berjalan melewati logo Tokopedia/Tokopedia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Platform e-commerce berlomba-lomba menggenjot promosi untuk memperebutkan trafik pebelanja online Indonesia yang jumlahnya terus membengkak seiring dengan peningkatan penetrasi internet di Tanah Air.

Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, penetrasi dagang-el di Tanah Air juga tergantung pada seberapa banyak platform melakukan upaya promosi dan edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Besaran alokasi belanja iklan juga kerap menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan.

Berdasarkan Peta E-Commerce Indonesia yang disusun iPrice, Tokopedia masih menjadi platform dengan pengunjung web bulanan terbanyak pada kuartal I/2019, atau sebanyak 137 juta. Diikuti oleh Bukalapak dengan 115 juta kunjungan, Shopee sebanyak 74,9 juta kunjungan, Lazada 52 juta kunjungan dan Blibli 32,5 juta kunjungan.

Padahal, lanskap persaingan dagang-el pada kuartal I/2017 dalam hal jumlah pengunjung web bulanan terbanyak semula dimenangkan oleh Lazada, diikuti oleh Tokopedia, Elevenia, Bukalapak dan Blibli. Tokopedia mulai menyusul ke peringkat pertama pada kuartal II/2018.

Tokopedia berhasil mendapatkan pendanaan yang dipimpin oleh Alibaba senilai US$1,1 miliar pada 2017. Selang setahun setelahnya, tepatnya pada 2018, perusahaan kembali mendapatkan suntikan dana jumbo senilai US$1,1 miliar dari Softbank Vision Fund dan Alibaba.

Marketing budget yang dikeluarkan juga berpengaruh untuk memenangkan pasar. Sekarang kan Tokopedia iklannya di mana-mana,” ujarnya.

Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy SEA 2018 menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia pada 2018 mencapai US$27 miliar atau sekitar Rp391 triliun, di mana dagang-el menjadi motor penggerak utama. Nilai pasar dagang-el Indonesia pada 2018 mencapai US$12,2 miliar, dan diproyeksi tumbuh hingga senilai US$52 miliar pada 2025. Bahkan, pada 2020 idEA memperkirakan lebih dari separuh penduduk Indonesia akan terlibat dalam aktivitas dagang-el.

Di kesempatan berbeda, VP of Merchants Tokopedia Inna Chandika menyatakan, perkembangan bisnis dagang-el di Indonesia semakin menggairahkan. Dengan jumlah populasi penduduk mencapai 269 juta jiwa, dia menilai masih banyak peluang yang dapat dikembangkan oleh pemain dagang-el.

"Bisnis e-commerce pertumbuhannya pasti sejalan dengan penetrasi internet, karena itu menjadi infrastruktur dasar yang menjadi enabler masyarakat untuk berbelanja online,” ujarnya.

Adapun hingga saat ini,  Tokopedia mengklaim telah menjangkau 97% kecamatan di Indonesia, dengan jumlah merchant mencapai 5,5 juta.  Platform ini memiliki lebih dari 15 juta produk yang terdaftar,  dengan pengguna aktif bulanan mencapai 90 juta pengguna.  

Country Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar  menyatakan, pertumbuhan industri dagang-el Tanah Air masih akan tumbuh pesat selama tiga hingga 5 tahun mendatang. Kendati  industri tersebut kian kompetitif, dia menilai masih terdapat banyak peluang pertumbuhan khususnya dengan menjangkau pelanggan di luar Jawa.

 “Saya rasa promosi harus tetap dilakukan karena [peluang] akuisisi konsumen masih cukup banyak, potensi untuk memperluas pasar masih luas. Kita jangan hanya melihat di Jakarta yang setiap hari masyarakat semuanya sudah tahu e-commerce, tetapi kalau ke luar Jakarta masih ada yang belum familiar dengan konsep ini,” ujarnya.

Dia menambahkan, biaya promosi Shopee tetap lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Menurutnya, hal ini bukti bahwa upaya pemasaran yang dilakukan selama ini cukup efektif dalam menggaet pelanggan. Meski demikian, pihaknya tidak menjabarkan biaya promosi yang dianggarkan perusahaan tahun ini.

Meski demikian, dia mengakui bahwa persentase biaya promosi perusahaan menunjukkan tren penurunan tipis dari tahun lalu. Hal ini sesuai dengan kebijakan manajemen yang juga menginginkan pertumbuhan pelanggan secara organik.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2018 yang dipublikasikan Sea Ltd, perusahaan induk Shopee berbasis di Singapura, menyatakan biaya penjualan dan pemasaran mulai menunjukkan tren penurunan hingga mencapai 5,4% terhadap GMV pada kuartal IV 2018, dari kuartal III/2018 sebesar 5,7% dari GMV. Nilai ini juga menurun dari kuartal IV/2017 yang tercatat sebesar 8,5% dari GMV.

Total transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) Shopee  menembus US$10,3 juta sepanjang 2018, meningkat 149,9% secara tahunan dari 2017 sebesar US$ 4,1 juta. Pada kuartal IV/2018, GMV Shopee tercatat sebesar Us$3,42 juta, tumbuh 117% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,57 juta.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Deandra Syarizka
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper