Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi terus mendorong dan mengawal perguruan tinggi untuk melahirkan inovasi di berbagai bidang.
Salah satu hasil yang menonjol adalah produk inovasi Padi IPB 3 S dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Benih unggulan dari IPB ini dapat meningkatkan produksi padi petani hingga rata-rata 7 ton. Benih unggulan ini telah ditanam di 65.000 hektare (ha) lahan pertanian di 16 provinsi. Pada 2018, produksi benih komersial seluas 44 ha di Jawa, Sumatra, Kalimantan, NTB, dan Maluku Utara,” papar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (27/10/2018).
Tidak hanya di bidang pertanian dan perkebunan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga menaruh perhatian bagi kesejahteraan nelayan. Salah satu inovasi yang dihasilkan adalah Konverter Kit Motor Perahu Nelayan yang dapat menghemat bahan bakar nelayan ketika pergi melaut.
Selain itu, ada pula inovasi Garam Pro Analisa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Garam Pro Analisa adalah jenis garam yang mempunyai tingkat kemurnian 99,0% -100,5% yang biasa digunakan untuk keperluan laboratorium dan industri.
“Dari hasil uji terap diketahui bahwa terjadi penghematan yang signifikan. Dari biasanya nelayan melaut per hari membutuhkan Rp30.000 untuk kapal bermesin 2 tak, dengan menggunakan konverter kit yang dikembangkan ini menjadi hanya Rp3.000 per hari melaut. Sementara itu, Garam Pro Analisa ini lebih murah 20%-30 % dari produk impor dan dapat menjadi salah satu produk substitusi impor garam," paparnya.
Inovasi lainnya dilakukan untuk mendukung perajin batik. Institut Teknologi Bandung (ITB) telah membuat Otomatisasi Mesin Batik Fotonik, yang dapat digunakan sebagai substitusi sinar matahari pada proses penjemuran batik untuk aktivasi warna batik, sehingga produksi batik tak lagi tergantung cuaca.