Bisnis.com, MANGUPURA — Teknologi satelit kini menjadi kebutuhan seperti halnya teknologi komunikasi yang mendukung kegiatan masyarakat sehari-hari.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof. Thomas Djamaluddin mengatakan sebagaimana halnya teknologi komunikasi, satelit atau elektronika kedirgantaraan juga terus dikembangkan seiring dengan kebutuhan masyarakat.
“Kami melakukan pertemuan berkala untuk membahas berbagai kemajuan teknoloigi satelit dan kemungkinan untuk menjalin kerja sama,” katanya di sela-sela International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technologi (Icares), Kamis (20/9/2018).
Thomas mengatakan konferensi ketiga ini membahas tentang pengembangan teknologi satelit, pesawat tanpa awak, peluncur wahana, dan pemanfaatannya untuk penginderaan jauh.
Selain membicarakan teknologi terkini terkait hal tersebut, kegiatan ini juga untuk penjajakan antarnegara untuk melakukan sinergi, kolaborasi ataupun kerja sama di bidang tersebut.
Dia menyebut teknologi satelit bukan hanya merupakan kebutuhan suatu negara ataupun korporasi, tetapi juga telah menjadi kebutuhan individu.
Baca Juga Koperasi Ini Bangun Internet Satelit |
---|
Terapan dari teknologi satelit, Thomas menyebut di antaranya terkait keperluan dengan telepon seluler, broadcasting, siaran radio, internet, dll.
“Teknologi ini juga digunakan untuk pemantauan atau penginderaan jauh sumber daya alam, lingkungan, kebencanaan, bahkan untuk keperluan pembuatan rencana detail tata ruang,” ujarnya.
Selain itu, teknologi ini sangat dibutuhkan dalam navigasi berbasis satelit ‘global positioning system’ (GPS), pemantauan kapal, dan pencurian ikan di laut.
Baca Juga Ancaman Keamanan Siber Indonesia Tinggi |
---|
Thomas menambahkan Indonesia merupakan negara ketiga setelah Kanada dan Amerika Serikat yang memanfaatkan teknologi ini pada 1976 saat meluncurkan satelit komunikasi Palapa A1.
Momentum tersebut menandai perkembangan teknologi yang sangat diperlukan Indonesia yang memiliki bentang laut yang luas dengan sekitar 17.000 pulau ini.
“Pada 1980-an Indonesia memanfaatkan data penginderaan jauh untuk mendukung pembangunan, pemantauan sumber daya alam, lingkungan, kebencanaan, dan tata ruang,” katanya.
Atas dasar kebutuhan tersebut, pada tahun 2000 Lapan memutuskan untuk melakukan penguasaan teknologi satelit, di antaranya mengirim 15 insinyur untuk belajar kesatelitan di The Technische Universität Berlin (TU Berlin).
Para insinyur dari Indonesia itu berhasil membuat satelit Lapan A1 yang diluncurkan pada 2007. Sekembali ke tanah air mendirikan Pusat Teknologi Satelit di Bogor dan dalam 5 tahun berhasil membuat satelit Lapan A2 yang memiliki muatan transmiter radio amatir bekerja sama dengan Orari, kamera pemantau permukaan bumi dan pendeteksi kapal. Satelit ini dilucurkan di India pada September 2015.
Berikutnya pada Juni 2016 satelit Lapan A3 diluncurkan dengan muatan kamera multispektra yang digunakan memantau vegetasi untuk perkebunan, pertanian, dan kehutanan.
Satelit yang merupakan kerja sama Lapan dan IPB ini juga memiliki sarana pemantau kota dan pengukuran medan magnet. Thomas mengklaim yang membanggakan pada satelit ini terdapat komponen untuk kendali sikap dan pergerakan satelit yang sudah bisa dibuat sendiri oleh Lapan.