Bisnis.com, JAKARTA — Alih-alih menanggap pelemahan rupiah sebagai ancaman, perusahaan perangkat lunak untuk komputasi awan, Nutanix, menganggap hal tersebut sebagai peluang untuk bisnisnya.
Country Manager Nutanix Andreas Ananto menyebut dia tidak khawatir perusahaan-perusahaan akan menunda rencana belanja infrastruktur akibat lemahnya rupiah. Menurutnya saat situasi ekonomi kurang baik maka kesadaran perusahaan untuk lebih mengefisienkan beban operasional mereka malah akan meningkat.
“Bukan berarti kami menganggap [pelemahan rupiah] sebagai hal yang baik, tapi dengan semakin aware-nya perusahaan mereka jadi melihat ada pilihan [untuk menggunakan solusi Nutanix]. Di sana kami bisa membantu,” tuturnya, Rabu (11/7/2018).
Andreas melihat semakin ke sini, kesadaran perusahaan untuk berinvestasi di infrastruktur IT semakin meningkat. Jika beberapa tahun ke belakang anggaran untuk IT lebih banyak dialokasikan untuk memelihara sistem yang telah ada, kini perusahaan mulai mementingkan inovasi.
“Mereka sudah mulai berpikir bagaimana dengan capex [capital expenditures] yang sama bisa menekan opex (operational expenses) ke depannya,” kata Andreas.
Dia mencontohkan studi yang dilakukan IDC pada salah satu klien mereka, hasilnya menyebut setelah 5 tahun menerapkan solusi Nutanix, perusahaan tersebut dapat menekan total biaya operasional hingga 65%.
Selain itu, untuk mengantisipasi hal tersebut Nutanix memperkuat kerja samanya dengan mitra lokal dan distributornya untuk membuat strategi yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
“Keuntungan kami [dalam kondisi sekarang karena kami] bekerja sama dengan distributor ataupun local partner dan tidak jual langsung,” katanya.