Asosiasi Nilai Skema MVNO Tak Menarik

Galih Kurniawan
Selasa, 25 Juni 2013 | 17:04 WIB
Bagikan

MVPO (auspicecorp.com)

BISNIS.COM, JAKARTA—Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) menilai konsep mobile virtual network operator (MVNO) bukan pilihan yang menguntungkan bagi operator saat ini, karena ada sejumlah ganjalan meski secara regulasi hal itu bisa dilakukan.

“MVNO memang menggiurkan kalau tidak mendalami. Secara regulasi bisa tetapi secara logika bisnis itu sulit,” ujar Ketua ATSI Alex J. Sinaga di Jakarta (25/6/2013).

Saat ini penetrasi pengguna seluler di Indonesia sudah mencapai 120% dengan jangkauan mencapai 95% dari total populasi.

Dari sisi industri, kata Alex, EBITDA (earnings berfore interest taxes, depreciation and amortization) margin operator berkisar +56 hingga -50. Artinya, ada operator yang cukup sehat namun ada pula operator yang masih tertatih-tatih dibandingkan rata-rata industri.

Alex menyebutkan dari segi harga, tarif layanan telekomunikasi juga paling murah dibandingkan dengan negara lain dalam satu regional. “Kalau harga saja sudah sangat murah nanti MVNO mau jual berapa ke pelanggan. Ini tidak direkomendasikan kecuali kalau pemerintah memberikan insentif,” imbuhnya.

Menurutnya, insentif dari pemerintah sangat penting. Namun dia berharap pemberian insentif tidak sampai merusak industri.

Alex menambahkan skema MVNO bisa menjadi menjadi pilihan menarik manakala jumlah operator tidak terlalu banyak. “Karena itu konsolidasi dulu, baru nanti dilihat MVNO bagus atau tidak. Kalau sekarang saya bilang belum,” imbuhnya.

Berbeda dengan ATSI, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Muhammad Budi Setiawan menilai MVNO sebagai salah satu hal yang baik untuk operator saat ini.

Menurutnya, skema MVNO sudah terbukti sukses dijalankan di negara lain. “Kompetisi bisa lebih sehat. ATSI melihat itu tidak menarik, tapi pemerintah masih melihat itu baik,” katanya.

MVNO adalah penyedia layanan komunikasi yang tidak memiliki sendiri spektrum radio atau jaringan nirkabel. Mereka menyewa dari mobile network operator (MNO) lalu menetapkan harga sendiri.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper