BISNIS.COM, JAKARTA—Pengguna smartphone sebaiknya mewaspadai pergerakan malware yang semakin meluas. Pasalnya serangan program jahat ini kadang sulit terdeteksi pengguna.
“Gejala-gejala serangan malware sangat sulit diidentifikasi pengguna. Pengguna mungkin telah terinfeksi dan tidak menyadarinya ,” ujar Senior Mobile Anti-Virus Researcher FortiGuard Axelle Apvrille dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (19/6/2013).
Dia menyebutkan FortiGuard saat ini memiliki lebih dari 150.000 sampel smartphone bersistem operasi Android. Sampel tersebut terinfeksi lebih dari 1.000 malware setiap hari. Malware yang terdeteksi pun tercatat sebanyak 300 jenis.
Menurutnya pengguna dapat memantau aktivitas data smartphone mereka sebagai deteksi dini serangan malware. “Pada banyak kasus, tagihan bisa menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan karena adanya SMS atau traffic Internet yang mengandung malware,” imbunya.
Dia menambahkan malware juga dapat berkembang secara spesifik. Salah satunya adalah penyebaran berdasar kawasan tertentu. Apvrille mengatakan biasanya para pencipta malware menargetkan negara tertentu karena sesuai dengan model bisnis mereka.
Pencipta malware kebanyakan mempertimbangkan faktor bahasa, penggunaan angka premium atau hanya secara kebetulan mengunggah malware di negara tersebut. FortiGuard baru-baru ini mendeteksi keberadaan malware Android/Smsilence.A!tr.spy yang menyasar pengguna di Jepang dan Korea.
“Pengguna yang tinggal di Amerika Serikat atau Eropa, dapat dipastikan tidak akan terkena serangan tersebut,” ujar Apvrille.
Dia menegaskan meski sejumlah sampel malware telah ditemukan namun masih banyak malware yang berpotensi menyerang. Malware Android GingerMaster adalah salah satu yang baru ditemukan. Malware tersebut cukup baru dalam aspek teknis.
Sepanjang Mei lalu aktivitas malware Android juga terdeteksi meningkat. Menurut laporan penyedia solusi keamanan ESET, tingkat prevalensi malware di Indonesia mencapai 21,91%. Kondisi itu membuat Indonesia berada di posisi kedua “terkotor” se-Asia Tenggara di bawah Laos.
Malware yang menyerang Android diprediksi semakin meningkat seiring penggunaan smartphone Android yang semakin meluas. Malware tersebut umumnya menyamar sebagai aplikasi game atau aplikasi lain yang bisa di-download gratis. Malware tersebut kemudian beraksi dengan mencuri data pengguna seperti nomor telepon, nomor kontak dan data gadget.
Adapun malware yang beredar di Indonesia sepanjang Mei masih didominasi malware “senior” seperti Ramnit, Sality, Virut dan Conficker. Menurut laporan ESET Indonesia serangan malware khususnya malware komputer di Indonesia meningkat dari 16,4% pada April menjadi 16,88% pada Mei.
Beberapa malware yang terdeteksi di antaranya Win32/Virut, LNK/Autostart, Win32/Dorkbot, dan Win32/Slugin. Malware tersebut masih menunjukkan peningkatan aktivitas.
Pada Mei lalu perusahaan penyedia solusi keamanan Trend Micro juga mengumungkan penemuan malware yang disebarkan melalui aplikasi berbagi foto Instagram.Trend Micro menemukan adanya penipuan berkedok survei yang mengecoh pengguna untuk mengunduh malware melalui peranti Android.
Trend Micro melakukan pengecekan pada akun Instagram tersebut dan menemukan posting foto berbunyi “Dapatkan Followers Gratis.” Menurut Trend Micro akun tersebut juga cukup mencurigakan lantaran adanya follower yang memiliki pengulangan nama seperti Tawna Tawna dan Concetta Concetta.
Setelah diperiksa lebih jauh posting tersebut ternyata mengarahkan pengguna ke halaman aplikasi yang terdeteksi sebagai malware ANDROINDOS_GCMBOT.A. Malware tersebut biasa menyebar melalui SMS berisi tautan.