Kemenkop UKM Ramal Aplikasi China Temu Bikin Deflasi RI Makin Dalam

Rika Anggraeni
Senin, 14 Oktober 2024 | 22:03 WIB
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) memperkirakan kehadiran aplikasi asal China, Temu, berisiko membuat deflasi Indonesia makin dalam. 

Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM Fiki Satari menjelaskan jika Temu beroperasi, maka Indonesia hanya akan menjadi pasar. Lebih parahnya lagi, Indonesia tidak akan mendapatkan nilai tambah, lantaran semua produk diproduksi di dan dikirim langsung China.

Di samping itu, UMKM produsen juga diprediksi tidak akan mampu bersaing dengan Temu, karena produk yang dijual lebih murah dari harga pokok penjualan (HPP).

“UMKM seller, affiliate marketer, dan influencers akan mati karena tidak menjadi bagian dari transaksi,” kata Fiki kepada Bisnis, Senin (14/10/2024). .

Dengan demikian, lanjut dia, akan banyak terjadi tingkat pengangguran yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, yang akhirnya memicu deflasi yang berbahaya bagi ekonomi Indonesia.

Fiki juga menjelaskan bahwa selama model bisnis Temu masih manufacture-to-consumer (M2C), maka Temu tidak boleh beroperasi di Indonesia. 

Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023.

Di sisi lain, Kemenkop UMKM juga mengapresiasi langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang memblokir aplikasi Temu di Indonesia.

“Menkominfo [Budi Arie Setiadi] menyatakan kalau aplikasi TEMU diblokir dan kami dari KemenKopUKM sangat mengapresiasi langkah tersebut untuk melindungi UMKM kita,” ujarnya.

Fiki menjelaskan saat ini Temu belum berdampaknya terhadap UMKM lokal, lantaran platform milik China itu belum beroperasi di Tanah Air. 

“Saat ini Temu belum berdampak apa-apa ke UMKM karena belum beroperasi di Indonesia,” kata Fiki.

Berdasarkan data Kemenkop UKM, sektor UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 61% atau senilai Rp9.580 triliun. Adapun, kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 97% dari total tenaga kerja.

Di tengah ramainya isu Temu yang mencoba masuk ke Indonesia, Fiki juga menyebut tidak ada pertemuan yang dilangsungkan antara Kemenkop UKM dengan Temu.

Sebelumnya, Kemenkominfo memblokir aplikasi Temu di Indonesia karena aplikasi asal China itu tidak mendaftarkan diri sebagai penyelenggara sistem elektronik (PSE), di samping juga merugikan UMKM Indonesia.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kemenkominfo Prabunindya Revta Revolusi menjelaskan bahwa sejatinya, proses registrasi PSE dinilai mudah, namun hingga kini belum ada sinyal dari Temu untuk melakukan hal itu. “Ketika belum terdaftar sebagai PSE, potensi diblokirnya sangat terbuka lebar,” kata Prabu.

Kemenkominfo juga mengamati traffic pengguna aplikasi di Indonesia yang masih sangat rendah. Namun, jika ada peningkatan traffic dan dampak yang signifikan, maka pihaknya akan segera mengambil tindakan.

Selain itu, Prabu menuturkan bahwa aspek pelindungan konsumen juga menjadi perhatian Kemenkominfo. Menurutnya, produk yang dijual melalui Temu dinilai tidak terjamin kualitasnya karena belum comply dengan regulasi yang ada di Indonesia.

“Ketika harga produk sangat murah, kualitasnya tidak bisa dijamin. Ini berbahaya bagi konsumen,” jelasnya.

Bahkan, Kemenkominfo membaca gelagat yang memungkinkan terjadinya predatory pricing atau price dumping dari kehadiran Temu.

Aplikasi Temu, kata Prabu, menghubungkan langsung produk dari pabrik ke konsumen, dan dianggap sangat berbahaya bagi UMKM lokal.

“Jika produk asing masuk dengan harga yang jauh lebih murah dari produk UMKM, konsumen pasti akan memilih yang lebih murah. Itu membuat UMKM kita sulit bersaing,” terangnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper