5G Tumbuh Pesat di Asia Pasifik, Tetapi 4G Tetap Dominan pada 2030

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 12 September 2024 | 20:57 WIB
Pegawai memeriksa ponsel pintar dengan jaringan 5G di salah satu gerai di Jakarta, Rabu (3/5).
Pegawai memeriksa ponsel pintar dengan jaringan 5G di salah satu gerai di Jakarta, Rabu (3/5).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - GSMA memperkirakan penetrasi teknologi generasi kelima (5G) bakal tumbuh pesat pada 2030 di Asia Pasifik. Namun, pertumbuhan tersebut belum dapat menggantikan 4G yang diperkirakan bakal terus turun tergerus 5G. 

Pada 2024 akhir hingga 2030, GSMA memperkiran adopsi 4G akan menurun dari 72% menjadi 50%. Sementara itu 5G meningkat dari 10% pada 2024 menjadi 45% pada 2030.

Dalam laporan yang berjudul The Economy Asia Pasific 2024, GSMA memperkirakan pada akhir 2024, 5G akan mencakup sepertiga atau lebih dari total koneksi seluler di lima negara Asia Pasifik yaitu Australia, Jepang, Selandia Baru, Singapura, dan Korea Selatan. 

Sementara di negara-negara yang membentuk gelombang kedua, terutama India dan Thailand, perluasan jaringan 5G yang cepat telah menyebabkan adopsi yang meningkat pesat. 

Namun, banyak operator lain di kawasan ini akan terus memprioritaskan perluasan kapasitas 4G di wilayah perkotaan dan perluasan jangkauan ke wilayah yang kurang terlayani dalam jangka pendek hingga menengah. 

“Hasilnya, 4G akan tetap menjadi teknologi dominan di seluruh kawasan pada tahun 2030, meskipun dengan kesenjangan yang jauh lebih sempit dengan 5G dibandingkan saat ini,” tulis laporan GSMA, dikutip Kamis (12/9/2024). 

Adopsi teknologi 4G vs 5G selama periode 2024-2030/GSMA
Adopsi teknologi 4G vs 5G selama periode 2024-2030/GSMA

Indonesia

Sementara di Indonesia penetrasi jaringan 5G Indonesia akan menembus 32% pada 2030. Meningkat tajam dalam 6 tahun atau dari 3% pada 2024.  

Penetrasi 5G Indonesia lebih tinggi dari Bangladesh (21%) namun masih kalah dari India (49%), Filipina (46%) dan juga dari rerata negara-negara di Asia Pasifik yang mencapai 45% pada 2030 menurut laporan yang berjudul The Economy Asia Pasific 2024. 

Head of APAC GSMA Julian Gorman mengatakan pertumbuhan 5G tidak terlepas dar posisi Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Industri di Indonesia harus bersaing secara global untuk ekspor dan investasi.

“Di seluruh dunia, 5G merevolusi cara sektor industri yang menjadi inti pertumbuhan Indonesia beroperasi dan dapat membuka peningkatan produktivitas ekonomi yang kuat,” kata Julian.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya melalui upaya kolektif, Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh 5G dan teknologi seluler lainnya untuk mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi semua.

Prasetya juga menyoroti bahwa transformasi digital ini akan memberikan solusi yang lebih baik dalam industri seperti pertanian dan kesehatan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia. 

Melihat ke masa depan, Teguh mengulangi visi jangka panjang untuk Indonesia, menekankan pentingnya inklusivitas dalam revolusi digital. 

"Tujuan kami adalah memastikan bahwa setiap daerah di Indonesia mendapat manfaat dari kemajuan ini, dari pusat-pusat perkotaan hingga daerah paling terpencil. Dengan cara ini, kami dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan makmur, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045,” kata Teguh. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper