Pemerintah Jokowi Kaji Pembentukan Badan Khusus Pengembangan Kecerdasan Buatan (AI)

Rahmad Fauzan
Senin, 12 Agustus 2024 | 06:03 WIB
Ilustrasi dampak kecerdasan buatan terhadap sejumlah sektor/ilustrasi
Ilustrasi dampak kecerdasan buatan terhadap sejumlah sektor/ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tengah mengkaji pembentukan badan khusus pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian perihal pengembangan AI di Tanah Air. 

Koordinator Staf Khusus (Stafsus) Presiden Ari Dwipayana mengatakan pemerintah berencana mendirikan badan khusus pengembangan AI. Sebab, kata Ari, ruang pengembangan teknologi ini masih besar, termasuk dalam implementasinya di Ibu Kota Negara (IKN) nanti.

“Iya [ada kemungkinan dibentuk badan khusus pengembangan AI]. Pembangunan IKN memang diberi ruang untuk munculnya smart technology dan smart city yang juga berbasis kepada lingkungan. Jadi, desain pengembangan masterplan-nya arahnya ke sana,” kata Ari, Minggu (11/8/2024).

Untuk diketahui, badan khusus pengembangan AI bukanlah hal baru di luar negeri. Amerika Serikat (AS) memiliki National Institute of Standards and Technology (NIST) yang berperan dalam mengembangkan standar dan kerangka kerja untuk AI, termasuk keamanan dan etika AI.

Sementara itu di Eropa terdapat European AI Alliance, sebuah forum multi-stakeholder yang terdiri dari para ahli, industri, dan pemerintah untuk membahas isu-isu terkait AI.

Fokus Utama Badan-Badan Khusus AI di luar negeri adalah melakukan riset dan pengembangan hingga menciptakan standarisasi AI. Ari menyebut pengembangan AI masuk ke dalam rencana besar pembangunan IKN di Kalimantan Timur.

Upaya pengembangan teknologi AI di IKN akan melibatkan banyak perguruan tinggi nasional dan internasional, salah satunya Universita Gadjah Mada (UGM).

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Ova Emilia mengatakan UGM dalam posisi mengibarkan keunggulan AI, dengan membuat, mengusulkan, agar Institute for Future Life bisa berkontribusi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. 

“Ini program yang dirancang UGM untuk mengantisipasi masa depan,” kata Ova.

IFL mengembangkan 5 bidang studi dan advokasi utama. Antara lain, healthy longevity and biomedical, lingkungan dan biodiversitas, ekonomi biru dan hijau, tata kelola masa depan, serta masyarakat digital inklusif.

Tahun lalu, pembahasan program ini juga pernah mencakup ihwal rancangan strategi mengatasi isu perubahan iklim yang dianggap berpotensi meneror pelbagai sektor. Mulai dari pertanian dan ketahanan pangan, penyediaan air, infrastruktur pelayanan, hingga kesehatan.

Sementara khusus kecerdasan buatan, Ova mengharapkan universitas bisa berperan sebagai salah satu motor penggerak bagi upaya riset dan pengembangan (research and development/R & D) teknologi ini yang dilakukan di Tanah Air.

“Universitas diharapkan jadi salah satu motor R & D AI driven technology. Berkontribusi di banyak penelitian dan aplikasi,” ucapnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper