Duh, 21% Proyek Kecerdasan Buatan (AI) Gagal Terimplementasi, Ini 5 Penyebabnya!

Rika Anggraeni
Selasa, 30 Juli 2024 | 14:05 WIB
Siluet Deputi Direktur Digitalisasi, Financial Center dan Transformasi Perbankan DPNP OJK Zulkifli Salim menyampaikan paparan saat acara Financial Forum 2024: Empowering The Future of Banking with AI di Jakarta, Selasa (30/7/2024)/JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Siluet Deputi Direktur Digitalisasi, Financial Center dan Transformasi Perbankan DPNP OJK Zulkifli Salim menyampaikan paparan saat acara Financial Forum 2024: Empowering The Future of Banking with AI di Jakarta, Selasa (30/7/2024)/JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Survei Hewlett Packard Enterprise (HPE) mengungkap bahwa sebanyak 21% proyek kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) gagal tereksekusi sepanjang 2023.

Regional Sales Director Hewlett Packard Enterprise Gwee Yee Teong menyampaikan bahwa 1 dari 5 proyek AI mengalami kegagalan dengan alasan utamanya karena teknologi AI yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Adapun sisanya, disebabkan oleh hal yang lebih teknis seperti pengujian.

“31% teknologi AI tidak bekerja seperti yang diharapkan atau dijanjikan, 27% disebabkan oleh tantangan penyebaran model Al, dan 26% karena tantangan pengujian model Al,” kata Teong dalam acara Financial Forum 2024 bertajuk Empowering The Future of Banking With AI di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Lebih lanjut, Teong merincikan bahwa kegagalan proyek AI sepanjang 2023 juga disebabkan oleh kurangnya staf yang ahli di ranah AI, yakni sebanyak 26%. Serta, 26% disebabkan karena harapan yang tidak realistis.

“Jadi kami menyadari bahwa ada kekurangan keterampilan AI di seluruh industri. Jadi menyusun rencana untuk pelatihan dan re-skilling itu penting,” ungkapnya.

Di samping itu, Teong menyebut bahwa dukungan C-level juga penting untuk memastikan keberhasilan dalam mengadopsi teknologi AI.

Selain itu, Teong menuturkan bahwa adanya lima hambatan dalam mengadopsi AI, yakni sebanyak kepercayaan atau bias dalam data (32%), kurangnya personil yang terampil (32%), biaya solusi (29%), operasionalisasi kerangka kerja Al (28%), dan kesulitan memilih algoritma yang tepat (24%).

Padahal, survei yang dilakukan HPE bersama dengan IDC menunjukkan bahwa 92% organisasi di Asia Pasifik telah menggunakan teknologi AI.

“Kami telah melihat perusahaan mengubah anggaran atau menempatkan proyek AI pada prioritas yang lebih tinggi, jadi kami telah melihat pengeluaran di sana,” ujarnya.

Lebih lanjut, Teong mengungkapkan ada berbagai jenis macam penggunaan AI pada setiap lini bisnis. Misalnya, penggunaan AI untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong efisiensi operasional.

Alhasil, perusahaan akan menghemat biaya dan produktivitas, lebih cepat selesai, serta kontrol rendah terhadap tata kelola, keamanan, dan data. Sementara itu, adopsi AI untuk penggunaan industri bisa digunakan untuk mendeteksi fraud 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper