Bisnis.com, JAKARTA — Startup keamanan siber Wiz telah mengakhiri kesepakatan senilai US$23 miliar atau sekitar Rp372,43 triliun (asumsi kurs Rp16.192 per dolar AS) dengan Google. Pembatalan ini menandakan mega akuisisi gagal terjadi.
Hal ini terungkap menurut memo Wiz yang dilihat oleh Reuters. Sebelumnya, rencana Google dalam mengakuisisi Wiz disebut sebagai akuisisi terbesar dalam sejarah jika jadi terealisasi.
CEO Wiz Assaf Rappaport mengatakan perusahaan sekarang akan fokus pada penawaran umum perdana (initial public offering/IPO), seperti yang telah direncanakan sebelumnya, dan bertujuan untuk mencapai pendapatan sebesar US$1 miliar.
”Mengatakan tidak pada tawaran yang merendahkan hati seperti itu sulit, tetapi dengan tim kami yang luar biasa, saya merasa percaya diri dalam membuat pilihan itu,” kata Rappaport dalam memo, mengacu pada tawaran akuisisi.
Namun, baik Alphabet —induk Google— maupun Wiz tidak secara resmi mengakui pembicaraan kesepakatan. Memo Wiz tidak menyebutkan nama Google atau Alphabet.
Sebelumnya, Reuters melaporkan awal bulan ini bahwa Alphabet sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk membeli Wiz sekitar US$23 miliar, berdasarkan seseorang yang akrab dengan masalah ini.
Wiz yang merupakan startup keamanan siber Israel itu menyediakan solusi keamanan siber berbasis cloud yang membantu perusahaan mengidentifikasi dan menghilangkan risiko kritis pada platform cloud, yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI).
Keputusan Wiz untuk membatalkan kesepakatan akan menjadi kemunduran bagi Google, yang telah berinvestasi dalam infrastruktur cloud dan berfokus pada memenangkan klien untuk bisnis cloud yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$33 miliar tahun lalu.
Merujuk laman resminya, Wiz dipimpin oleh tim yang berpengalaman dan visioner. Misinya, membantu organisasi menciptakan lingkungan cloud yang aman yang mempercepat bisnis. Selain itu, Wiz memungkinkan organisasi untuk dengan cepat mengidentifikasi dan menghapus risiko kritis.
Masih mengacu laman yang sama, Wiz dipercaya oleh tim keamanan di seluruh dunia. Di mana, 40% dari Fortune 100 adalah pelanggan dan sebanyak 5 juta beban kerja cloud terlindungi.