Bisnis.com, JAKARTA — Belakangan Indonesia mengalami suhu yang lebih dingin dari biasanya. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menegaskan hal itu bukan disebabkan oleh fenomena aphelion.
Pasalnya, belakangan beredar pesan berantai di media sosial Facebook maupun WhatsApp yang menyatakan bahwa duaca dingin yang belakangan terjadi adalaha akkbat fenomena Aphelion.
Menurut keterangan BMKG, Aphelion adalah fenomena di mana posisi matahari berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Namun, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada perubahan cuaca dan suhu di permukaan bumi.
Fenomena aphelion ini sendiri umumnya terjadi setahun sekali pada kisaran Juli. Padahal di waktu tersebut, Indonesia sedang dalam musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia.
BMKG menjelaskan, penurunan suhu sepanjang Juli paling besar disebabkan oleh menurunnya kandungan uap air di atmosfer yang menyebabkan tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir.
Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Rendahnya kandungan uap di atmosfer menyebabkan energi panas yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.
Selain itu, pada sepanjang Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia, yang dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.
Hal ini menyebabkan penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia.