Bisnis.com, JAKARTA — Platform media sosial TikTok mampu mengantongi pendapatan penjualan hampir mencapai US$1,7 miliar atau sekitar Rp27,5 triliun (asumsi kurs Rp16.183 per dolar AS) di enam negara Asia Tenggara pada April 2024. Sumbangan pendapatan yang dikantongi TikTok mayoritas berasal dari Indonesia dan Thailand.
Berdasarkan laporan Southeast Asia eCommerce Outlook 2024 yang dirilis TMO Group, Thailand dan Indonesia menjadi pasar terbesar untuk platform TikTok di kawasan Asia Tenggara.
“Jika dilihat dari negara yang berbeda, Thailand dan Indonesia adalah dua pasar terbesar untuk TikTok e-commerce, masing-masing menyumbang 28% dan 26% dari penjualan,” demikian bunyi laporan tersebut yang dikutip Selasa (16/7/2024).
Disusul Vietnam sebesar 19%, Malaysia dan Filipina masing-masing sebesar 13%. Sementara itu, sumbangan pendapatan TikTok dari Singapura hanya 1%.
Menurut data eMarketer, Asia Tenggara menduduki peringkat pertama dalam tingkat pertumbuhan pasar e-commerce ritel global pada 2023 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 18,6%.
Sementara itu, Statista memperkirakan bahwa pada 2029, pasar e-commerce di Asia Tenggara akan mencapai sekitar US$191,2 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 10,42% dari 2024–2029.
“Hal ini menunjukkan bahwa pasar e-commerce di Asia Tenggara memiliki potensi pengembangan yang tidak terbatas,” ungkapnya.
TikTok yang merupakan platform andalan ByteDance itu masuk ke jajaran lima besar media sosial media teratas di Asia Tenggara. Di Indonesia, TikTok menjadi platform media sosial yang paling banyak digunakan dengan persentase mencapai 74%.
Pada April 2024, Indonesia adalah negara dengan penonton TikTok terbesar dengan hampir 127,5 juta pengguna yang terlibat dengan platform video sosial populer.
Mengekor, Amerika Serikat (AS) dengan sekitar 121,5 juta pengguna TikTok. Berikutnya ada Brasil yang berada di urutan ketiga dengan hampir 101,8 juta pengguna yang menonton video pendek di TikTok pada April 2024.