Bisnis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mendorong layanan solusi generatif AI Ted ke seluruh segmen enterprise. Perusahaan memastikan bahwa solusi terbaru itu relevan untuk semua pasar.
VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability, and Marketing Telkomsel, Endra Diputra mengatakan perusahaan tidak memandang ukuran suatu perusahaan saat mendorong Gen AI Ted.
Menurut Endar solusi Gen AI Ted cocok untuk seluruh segmen bahkan hingga UMKM kuliner seperti toko bakso. Ted dapat menjadi konsultan digital yang memberi masukan bagi para pelaku usaha.
"Usaha kecil sekarang pun butuh WiFi. Terus ada pertanyaan di mereka IndiHome atau Indibiz, paket yang mana yang dibutuhkan? Ted nanti bisa bantu. Pertanyaan tidak terbatas pada itu,“ kata Endar kepada Bisnis, Jumat (5/7/2024).
Laporan Survei APJII 2023 menyebutkan bahwa sebanyak 45,37% enterprise di Indonesia bergantung dengan jaringan dan layanan internet dalam menjalankan bisnis. Bahkan 41,37% menyatakan sangat bergantung.
Tidak hanya itu, sebanyak 20,66% UMKM berpendapat bahwa internet dan solusi yang ada di dalamnya membantu meningkatkan pendapatan hingga di atas dua kali lipat. Sementara itu 40,03% UMKM mengalami peningkatan tetapi tidak sampai dua kali lipat.
Endra menambahkan bahwa Telkomsel terus melatih model Ted sehingga dapat memberikan jawaban yang akurat kepada pengguna.
Bagi Telkomsel, ketepatan Ted dalam menjawab setiap pertanyaan adalah pelanggan enterprise adalah hal yang terpenting. Saat ini Ted sudah dapat diakses di telkomsel.com/enterprise.
“Standar saya adalah seberapa banyak orang berinteraksi di website tersebut, kemudian seberapa banyak orang yang berinteraksi dengan Ted dan catch up dengan solusi yang diberikan Ted,” kata Endra.
Fokus Telkomsel dalam memberikan data yang tepat merupakan suatu langkah untuk menjawab keraguan perusahaan dalam menggunakan solusi gen AI.
Perusahaan keamanan dan pengiriman aplikasi multi cloud, F5, mengungkapkan bahwa inkompetensi data membuat enterprise malas menggunakan gen AI. Selain data, faktor biaya juga mempengaruhi.
Berdasarkan laporan bertajuk F5’s 2024 State AI Application Strategy Report, para pemimpin korporasi mengungkap ada tiga masalah utama yang dihadapi pada lapisan infrastruktur saat hendak memanfaatkan AI.
Pertama, sebanyak 62% responden korporasi menyatakan biaya komputasi merupakan pertimbangan yang utama dalam perluasan penggunaan AI. Kedua, 57% menyatakan kekhawatiran akan kualitas sistem keamanan menjadi alasanya selanjutnya.
Ketiga, lebih dari separuh responden atau sebanyak 55% menyatakan hasil kinerja di seluruh aspek model ini menjadi pertimbangan dalam penerapan A.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa implementasi teknologi AI tanpa melakukan pendekatan yang aman akan menimbulkan risiko dan mengancam keamanan suatu korporasi.
Dalam laporan tersebut, sebanyak 75% korporasi mengadopsi sistem AI dalam operasi bisnisnya. Namun, 72% dari jumlah tersebut justru melaporkan adanya isu pada kualitas data serta inkompetensi data yang signifikan pada pengadopsian sistem tersebut.