Elon Musk Dikabarkan Beri Internet Starlink Eksklusif untuk Israel Selama Perang

Redaksi
Kamis, 27 Juni 2024 | 15:18 WIB
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Israel berencana menggunakan satelit Starlink milik Elon Musk untuk menjaga konektivitas internet selama perang di wilayah utara.

Inisiatif ini bertujuan memanfaatkan jaringan 5.000 satelit orbit rendah milik Starlink untuk memastikan aliran data dan informasi yang stabil bagi otoritas negara dalam situasi darurat.

Melansir dari Reuters Kamis (27/6/2024), seorang sumber yang memiliki akses mengatakan bahwa ambisinya adalah setiap kantor manajemen darurat di kantor pemerintah akan memiliki cadangan Starlink untuk memastikan kontinuitas fungsional dalam keadaan darurat.

Kekhawatiran akan potensi kerusakan pada jaringan listrik selama perang total, yang juga dapat mengganggu jaringan internet, mendorong ketergantungan pada layanan Starlink dalam keadaan darurat.

Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi telah menandatangani izin operasi untuk layanan Starlink di Israel pada Februari lalu.

Sebelumnya, di saat pemerintah Israel mematikan jaringan internet total di Gaza, Musk langsung berinisiatif untuk memberikan bantuan komunikasi pada daerah itu.

Namun, Karhi merasa keberatan dengan mengatakan bahwa jaringan tersebut bisa digunakan oleh Hamas. Musk kemudian mencapai kesepakatan dengan Karhi bahwa unit satelit Starlink hanya dapat dioperasikan di Israel dengan persetujuan Kementerian Komunikasi Israel, termasuk Jalur Gaza.

Layanan Starlink ini nantinya akan difokuskan pada area dekat pertempuran untuk menyediakan komunikasi yang stabil kepada otoritas lokal, unit darurat, dan badan pemerintah saat terjadi malfungsi komunikasi kabel dan seluler.

Skenario yang dikembangkan oleh National Emergency Management Authority (NEMA) dan perusahaan listrik Noga menunjukkan bahwa Hizbullah dapat merusak fasilitas produksi dan transmisi listrik yang sensitif, yang dapat menyebabkan pemadaman listrik di area luas negara, terutama di wilayah utara.

Jika terjadi pemadaman listrik lebih dari 2 jam, stasiun relai jaringan seluler juga mungkin runtuh. Untuk mengurangi risiko ini, Kementerian Komunikasi telah mengalokasikan dana kepada perusahaan seluler untuk memperpanjang redundansi stasiun-stasiun ini di wilayah utara dari dua hingga tiga jam menjadi sekitar 12 jam.

Banyak pom bensin juga ditutup karena pemadaman listrik yang berkepanjangan. Sejauh ini, sekitar 400 pom bensin telah dilatih untuk beroperasi meski kekurangan listrik dengan menggunakan generator.

Pejabat keamanan mengungkapkan kepada Calcalist bahwa dalam beberapa bulan terakhir, kementerian-kementerian pemerintah secara aktif meningkatkan kesiapan mereka menghadapi perang besar.

Kementerian Komunikasi, khususnya, berupaya memperkuat ketahanan sistem, terutama di wilayah utara, dan menghubungkan penerima di daerah terpencil ke internet. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

Penulis : Redaksi
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper