Bisnis.com, JAKARTA — PT Supra Primatama (Biznet) membidik pertumbuhan pelanggan sebesar 30% sepanjang 2024, meski layanan Starlink milik Elon Musk resmi masuk di Indonesia. Perusahaan pun telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengejar target tersebut.
Senior Manager Marketing Biznet Adrianto Sulistyo mengatakan bahwa saat ini Biznet telah mengantongi 600.000 pelanggan pada kuartal I/2024.
“Biasanya kami menargetkan sekitar 30% pertumbuhan,” kata Adrianto saat ditemui seusai konferensi pers grand Launching Biznet Nusantara Cable System-1 di Bali, dikutip pada Minggu (23/6/2024).
Adrianto berharap 600.000 pelanggan eksisting yang telah dikantongi Biznet tidak berpindah haluan ke penyelenggara internet lain, seperti Starlink. Hal ini mengingat adanya perbedaan dari harga yang diberikan sehingga sangat tergantung dari daya beli masyarakat.
“Kami masih menggalakkan campaign function awareness. Kami ingin mengajak masyarakat indonesia lebih aware lagi pada fungsi internet,” tuturnya.
Strategi lain yang dilakukan Biznet adalah dengna memberikan promosi berupa gratis 100 Mbps selama periode Juni 2024. Strategi ini dilakukan agar pelanggan Biznet mendapatkan pengalaman internet lebih.
Selain itu, tambah Adrianto, Biznet mengklaim harga yang lebih terjangkau dibandingkan provider lain, terutama di daerah terpencil. “Karena penertrasi ini bukan hanya di kota besar tetapi juga ada di kota kecil,” sambungnya.
Adrianto menuturkan, harga layanan termurah Biznet dipatok mulai dari Rp175.000 per bulan untuk Biznet Home dengan kecepatan 50 Mbps. Layanan ini mampu berkontribusi sekitar 30% dari total pendapatan sepanjang Januari—Maret 2024.
Adapun pada tahun lalu, Biznet mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20–30%. Biznet pun mengaku pertumbuhan pendapatan pada kuarta I/2024 masih berjalan sesuai target, yakni sebesar 10%.
Lebih lanjut, Adrianto menambahkan bahwa mayoritas pengguna Biznet atau setara dengan 60% merupakan pengguna rumah dengan harga yang dibanderol Rp300.000 per bulan, di mana kecepatannya mencapai 150 Mbps. “Karena sejak pandemi itu banyak shifting dari B2B ke B2C. Jadi panjang 2020–2022, yang tadi biasanya di B2B menjadi B2C,” tutupnya.