Bisnis.com, BADUNG — PT Supra Primatama (Biznet) mengaku tak gentar meski layanan internet berbasis satelit Starlink Mini meluncur dengan dengan harga antena 50% lebih murah dari perangkat sebelumnya.
Biznet menyatakan bahwa satelit milik Elon Musk itu dapat saling melengkapi dalam memperluas jangkauan internet di Indonesia.
Senior Manager Marketing Biznet Adrianto Sulistyo mengatakan bahwa kehadiran Starlink Mini menjadi alternatif pilihan masyarakat yang memungkinkan semua wilayah, termasuk yang sulit dijangkau oleh kabel fiber optik, tetap terhubung dengan internet.
“Jadi kami tidak ada kekhawatiran, kami fokus memperkecil digital gap di Indonesia,” kata Adrianto seusai ditemui dalam acara peluncuran Grand Launching BNCS-1 di Bali, Badung, Kamis (20/6/2024).
Adrianto mengatakan bahwa kabel fiber optic memiliki keterbatasan dalam mencapai wilayah-wilayah tertentu, sedangkan satelit seperti Starlink dapat menjadi solusi untuk menjangkau area yang sulit dijangkau fiber optic.
“Dengan adanya beberapa pilihan ini juga menjadikan pilihan tambahan bagi masyarakat untuk bisa lebih melihat lagi bahwa teknologi internet sudah bukan menjadi barang yang langka,” tuturnya.
Meski demikian, Biznet menyoroti daya beli masyarakat yang berbeda antara di area kota besar dan terpencil. Terlebih, perangkat Biznet yang ditawarkan dibandingkan dengan Starlink memiliki harga yang jauh berbeda.
“Kalau Starlink [Mini] Rp2,9 juta, sedangkan di Biznet hanya sekitar Rp900.000 untuk dapat modem fiber optic,” ungkapnya.
Di samping itu, lanjut Adrianto, Biznet juga menawarkan sistem sewa bulanan. Adapun secara harga, Adrianto menyebut layanan Biznet di kota kecil hanya dibanderol sekitar Rp175.000 per bulan.
Perlu diketahui, SpaceX berencana meluncurkan Starlink Mini dalam beberapa bulan ke area tertentu berukuran 11,4 inci x 9,8 inci. Dengan ukurannya yang mini, perangkat ini bisa dimasukkan ke dalam ransel.
Di Amerika Serikat (AS) sendiri, SpaceX mematok harga perangkat keras standar V4 Starlink seharga US$499 atau sekitar Rp8,18 juta (kurs Rp16.406 per dolar AS). Artinya, Starlink Mini bisa dijual sekitar US$250 atau sekitar Rp4,1 juta.
Asumsinya, jika perangkat Starlink Mini meluas ke Indonesia, maka setidaknya bisa dikenakan seharga Rp2,95 juta dari harga aslinya senilai Rp5,9 juta.
Sebelumnya, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) memandang bahwa Starlink Mini berpotensi mendisrupsi industri telekomunikasi dalam negeri.
Ketua Umum APJATEL Jerry Siregar memandang bahwa Starlink akan berdampak langsung kepada ekosistem harga bandwitch yang ada, terutama di area perkotaan. Kehadiran Starlink juga dikhawatiran akan mendominasi dalam penetapan harga.
“Starlink kemungkinan ada potensi dominan player terhadap pricing,” kata Jerry kepada Bisnis, Rabu (19/6/2024).
Tak mengherankan, asosiasi memandang bahwa layanan internet berbasis satelit Starlink ini bisa berpotensi mengarah ke predatory effect.
Menurut Jerry, predatory effect ini terjadi lantaran Starlink mendapat dukungan dari negara Amerika Serikat (AS), sehingga biaya layanan di negara-negara lain menjadi lebih murah yang berimbas predatory. “Ini mematikan industri telco di negara lainnya,” imbuhnya.
Di samping itu, APJATEL juga menyoroti beberapa negara yang telah membatasi operasi Starlink karena berbagai alasan, termasuk isu perlindungan terhadap perusahaan dalam negeri dan dominasi vertikal yang dimiliki Starlink.