Disrupsi Starlink Meluas ke Bisnis Seluler, Telkomsel Cs Buka Suara

Rika Anggraeni
Rabu, 5 Juni 2024 | 11:48 WIB
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Operator seluler dalam negeri mewaspadai ancaman layanan internet berbasis satelit Starlink yang dapat terhubung langsung ke smartphone alias direct to cell

Elon Musk dikabarkan akan merilis layanan direct to cell pada musim gugur atau September tahun ini. Dengan kemampuan teknologi ini, memungkinkan pengguna dapat mengakses langsung ke telepon seluler dengan mengirim SMS hingga telepon.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengaku bahwa pihaknya akan terus memantau dan mengevaluasi layanan direct to cell Starlink milik Elon Musk jika masuk ke Indonesia.

“Belum [ada Starlink direct to cell di Indonesia]. Kan izinnya sudah ada. [Ke depan] kita tunggu saja, kita monitoring, kita evaluasi terus-menerus,” kata Budi saat ditemui Bisnis di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan bahwa masuknya teknologi milik Elon Musk berupa direct to cell ke Indonesia tergantung dari keputusan yang diambil pemerintah.

“Kalau sampai direct to cell sih, itu benar-benar kita hulu ke hilir bisa habis. Sekarang yang pinggir-pinggir saja bisa ketakutan,” kata Arif saat ditemui belum lama ini.

Sependapat, Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menilai Starlink direct to cell dapat mengancam pemain operator seluler karena layanan tersebut bisa langsung terhubung ke internet tanpa GSM.

“Karena kita tahu, mungkin direct to device commercial Starlink yang langsung ke hp mungkin tahun depan. Itu akan jadi ancaman GSM operator, walaupun mereka main di rural dan kota adalah fase kedua,” ujar Sekretaris Jendral (Sekjen) ASSI Sigit Jatiputro saat ditemui di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Dihubungi terpisah, Ketua Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura berpendapat bahwa layanan Starlink direct to cell akan berbahaya jika masuk ke Indonesia. Sebab, akan menjadi pesaing operator GSM.

Meski demikian, masuknya layanan direct to cell milik Starlink ke Indonesia tidak membuat industri telekomunikasi lokal kolaps begitu saja. Hal ini mengingat banyaknya pengguna ponsel di Indonesia.

“Indonesia luas banget. Artinya, itu menjadi pilihan, kompetisi jadinya,” kata Tesar saat dihubungi Bisnis, Selasa (4/6/2024).

Menengok data dari International Data Corporation's (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, memang pasar smartphone (ponsel pintar) Indonesia tumbuh tajam sebesar 27,4% secara tahunan (year-over-year/yoy) dan 11,5% quarter-over-quarter (QoQ) menjadi 10 juta unit pada kuartal I/2024.

Jika Starlink dengan kemampuan direct to cell masuk ke Indonesia, Tesar mempertanyakan bentuk teknologi apa yang akan dipasarkan. “Apakah Starlink ini akan menjadi operator seluler, atau dia menempel ke salah satu operator sekarang,” imbuhnya.

Begitu pun dengan frekuensi yang akan dipakai Starlink dengan layanan ini. Serta, persaingan bisnis yang akan diterapkan Starlink berupa penerapan harga. “Jangan sampai nanti dia predatory pricing lagi,” tambahnya.

Di sisi lain, Tesar menyoroti efisiensi operator yang terjadi di Indonesia. Apabila layanan direct to cell beroperasi di Indonesia, dia mempertanyakan apakah Starlink akan menjadi operator baru atau solusi lain.

Mengingat saat ini ada empat operator seluler yang merebut kue, di antaranya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison, PT XL Axiata Tbk. (EXCL), dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Menara pemancar sinyal internet operator seluler
Menara pemancar sinyal internet operator seluler

Untuk itu, Tesar menyarankan agar Kemenkominfo bersama dengan pemain operator seluler melakukan diskusi membahas permasalahan ini. “Intinya, [Kemenkominfo] perlu ngobrol sama operator. Jangan asal diberikan izin dulu, menurut saya,” terangnya

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi memandang bahwa masuknya Starlink direct to cell ke Indonesia hanya permasalahan waktu untuk dapat dipasarkan.

Menurut Heru, Starlink tidak bisa sekadar melihat sebagai new entrance memasuki pasar layanan satelit di Indonesia, melainkan Starlink juga akan masuk ke layanan internet broadband di wilayah non-3T.

“Regulator harusnya lebih jeli dan elaboratif melihat Starlink ini dampaknya gimana dan arah layanannya seperti apa,” ujar Heru kepada Bisnis.

Heru berpendapat bahwa pemerintah harus melihat best practice di negara lain terkait pengaturan layanan direct to cell. Pasalnya, regulasi yang dibuat pemerintah untuk Starlink ke Indonesia dinilai lebih longgar dibandingkan negara lain.

“Tetapi kayaknya kita nggak berani karena kan Elon Musk akan menggelontorkan investasi besar untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, jadi Starlink mau jualan apa saja pasti disetujui,” tuturnya.

Respons Operator

Rencana Elon Musk yang akan merilis layanan direct to cell membuat operator buka suara. Sejumlah operator kompak layanan ini bisa diimplementasikan dengan kerja sama.

Dari kacamata operator Telkomsel, misalnya, melihat layanan Starlink direct to cell memiliki potensi untuk mengubah lanskap industri telekomunikasi di Indonesia. 

VP Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel Saki Hamsat Bramono berharap pemerintah dapat terus menciptakan equal playing field dengan keadilan dalam pemberlakuan pemenuhan kewajiban penyelenggaraan telekomunikasi kepada setiap pelaku dan penyedia layanan, termasuk Starlink.

Pemberlakuan yang sama itu mencakup kewajiban pendirian badan usaha yang berkedudukan di Indonesia, penerapan kebijakan perpajakan, kewajiban pembayaran PNBP, kewajiban pemenuhan QoS, TKDN, hingga aspek potensi interferensi, aspek perlindungan dan keamanan data, serta aspek kedaulatan bangsa.

Saki menuturkan bahwa Telkomsel akan terus mengikuti dan mengadopsi perkembangan teknologi yang ada dan mengkaji dampaknya terhadap bisnis dan strategi perusahaan.

Telkomsel, lanjut Saki, terus meningkatkan kualitas layanan, memperluas jangkauan jaringan, dan mengadopsi teknologi inovatif untuk memastikan kepuasan pelanggan tetap terjaga.

Saki menambahkan bahwa operator pelat merah itu juga akan memperkuat kerja sama dengan para pemangku kepentingan dan melakukan inovasi untuk tetap kompetitif di pasar yang dinamis ini.

“Apabila pada akhirnya pemerintah tetap mengizinkan adanya layanan direct to cell, maka kami berharap implementasinya dilakukan melalui kerja sama dengan operator seluler existing,” ujarnya.

Adapun, Saki menyatakan bahwa Telkomsel telah dan akan terus melakukan koordinasi dengan Kemenkominfo, asosiasi telekomunikasi, dan pemain industri terkait lainnya untuk membahas implikasi dari layanan baru Starlink direct to cell.

“Kami berkomitmen untuk berkolaborasi dalam memastikan regulasi yang adil dan kompetitif serta menjaga ekosistem telekomunikasi yang sehat di Indonesia yang senantiasa mengedepankan pemenuhan kebutuhan masyarakat luas dan menjaga kepentingan nasional yang lebih luas,” terangnya.

Sementara itu, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir mengungkap bahwa Starlink direct to cell akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan industri telekomunikasi yang sudah ada saat ini, termasuk bagi seluruh operator dan XL Axiata.

“Karena direct to cell artinya Starlink sudah langsung B2C,” ujar Marwan kepada Bisnis.

Selain ke industri telekomunikasi, Marwan menyebut dampak Starlink direct to cell juga akan berpotensi gangguan terhadap penerimaan negara. Sebab, kontribusi industri telekomunikasi terhadap penerimaan negara sangat besar.

“Kami berharap agar kehadiran Starlink di Indonesia bisa membuka potensi untuk berkolaborasi dengan penyelenggara seluler atau operator, sehingga membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat dan perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia,” katanya.

Emiten telekomunikasi bersandi saham EXCL itu sangat berharap dan mendorong perlunya penerapan regulasi yang seimbang dari pemerintah, sehingga tercipta adanya playing field yang sama antara Starlink tersebut dengan operator yang ada.

“Termasuk memfasilitasi agar Starlink diwajibkan bekerja sama dengan operator untuk layanan B2C dan B2B, serta melakukan kontrol terhadap struktur tarif Starlink sehingga tidak berpotensi mengancam keberlangsungan usaha telekomunikasi nasional,” tuturnya.

Marwan mengaku bahwa XL Axiata menjalin komunikasi dengan asosiasi atau ATSI menyikapi layanan baru milik Starlink ini.

“Intinya, kami sangat berharap pemerintah benar-benar mempertimbangkan secara matang dan comprehensive terkait Starlink direct to cell tersebut karena potensi dampaknya terhadap keberlangsungan industri telekomunikasi sangat besar,” pungkasnya.

BTS

Terdapat kekhawatiran bahwa hadirnya Direct to Cell Starlink membuat penggelaran jaringan operator seluler melambat. Investasi besar dalam membangun jaringan, dikhawatirkan berujung sia-sia.  

Selama 29 tahun, Telkomsel telah membangun 257.300 unit Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di Indonesia.

Sementara itu, XL Axiata akan menambah 10.000 BTS 4G sepanjang 2024. Pada kuartal I/2024, XL Axiata telah mengoperasikan 163.106 BTS atau tumbuh 9,6% yoy. Artinya, perusahaan telah menambah 2.982 BTS dari sebelumnya hanya 160.124 BTS pada 2023. 

Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan bahwa penambahan BTS pada 3 bulan pertama 2024 itu seiring dengan momentum Idulfitri 1445 H sehingga penambahan unit BTS tersebut berasal dari new site dan upgrade LTE.

“Sampai akhir tahun ini, sebenarnya target kita sekitar 10.000. Jadi, kalau sekarang sudah [bertambah] 3.000, mungkin sekitar 7.000 BTS lagi sampai akhir tahun,” kata Gede dalam Paparan Publik XL Axiata di Jakarta, Jumat (3/5/2024).

Alhasil, emiten telekomunikasi bersandi saham EXCL itu akan memiliki sekitar 170.124 BTS 4G yang tersebar di Indonesia. Adapun, untuk saat ini XL Axiata masih berpacu meningkatkan jumlah BTS 4G.

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper